Bank Riau Kepri Alami Kemunduran

Pekanbaru, Detak Indonesia--Sejumlah penghargaan yang beruntun diterima Bank Riau Kepri (BRK) Pekanbaru dari sejumlah lembaga pemberi penghargaan, tentu masyarakat menilai BRK Pekanbaru berprestasi dan kinerja yang cemerlang.

"Ternyata di luar dugaan, BRK  dipoles di luar namun hancur di dalam," kata Sekretaris Komisi III DPRD Riau, Drs Suhardiman Amby Ak kepada awak media Minggu lalu (25/3/2018). malam.

Datuk Suhardiman Amby yang juga seorang akuntan merasa bingung dan geram melihat kinerja BRK buruk ini. 

"Lihat grafik kinerja yang saya buat untuk menganalisa kinerja BRK berikut dengan membuat perbandingan di masa Dirut yang lalu dengan Dirut yang sekarang ini," ujar Suhardiman.

Menurut Suhardiman kebiasaan mengedukasi masyarakat dan para pemegang saham, anggota dewan ini berharap kebiasaan pencitraan itu diubah menjadi perbaikan kinerja dan yang sangat urgent Bank Riau Kepri (BRK) mampu menghapus nepotisme.

"Ada KKN selama ini yang merusak kinerja Bank Riau Kepri," tambah Datuk Suhardiman. 

Ahli akuntansi ini juga merilis grafis yang dibuatnya sebagai analisa pertumbuhan dari komponen penting di Bank Riau Kepri (BRK) Pekanbaru.

"Dari grafis yang saya buat dapat kita lihat pertumbuhan dari komponen penting dunia perbankan, seperti asset pada periode Dirut yang lama nampak tumbuh sebesar 68,75 persen, dana pihak ketiga tumbuh 65,37 persen, kredit tumbuh 208,35 persen, jaringan kantor tumbuh sebesar 118,75%  persen," ulas Datuk Suhardiman.

Bagaimana sekarang ini, asset terlihat dari grafik cenderung mendatar pertumbuhannya, dana pihak ketiga cenderung turun terutama giro, sementara tabungan tumbuh mendatar tak signifikan, deposito juga terlihat flat.

Menurut Suhardiman lagi, dengan hal begini bagaimana bisa Bank Riau Kepri (BRK) Pekanbaru ini meraih penghargaan yang begitu banyak karena sepengetahuannya sebagai seorang yang berpendidikan sarjana ekonomi dan master ekonomi merasa award atau penghargaan yang dikejar Dirut BRK Pekanbaru hampir setiap bulan memperoleh rata-rata dua penghargaan dan ini cuma pencitraan artinya cermin ketidakmampuan Dirut sekarang ini mengelola bank milik Pemda Riau.

"Tak adanya visi yang jelas atas apa yang menjadi goal dari seorang Dirut dalam satu periode kepemimpinannya. Saya berfikir patut diduga kapasitas Dirut yang basic-nya seorang Pemimpin Divisi di bank dengan asset sepertiga dari BRK dan kompleksitas permasalahan yang tidak serumit BRK, saya nilai Irvandi Gustari belum siap memenej BRK sebab kultur di bank swasta beda dengan bank Pemda Riau itu," sebutnya.

Suhardiman memaparkan grafik kinerja kredit dan laba BRK per Juni 2012 lalu Dirut yang lama bisa memberikan laba atau keuntungan sejumlah Rp223 miliar. Ini kata Suhardiman, artinya setengah tahun saja di 2012 BRK sanggup meraup laba (untung) sebesar Rp223 miliar.

"Bagaimana dengan 2018 saat ini laba masih berkisar di angka 400 sehingga tak ada peningkatan. Bagaimana laba bisa meningkat bila karyawan merasa tak nyaman dan takut melihat sikap arogansi Direksi BRK ini. Bagaimana BRK mau maju pesat bila pekerja di dalam BRK yang memiliki kapasitas, kapabilitas dan integritas disingkirkan  dianggap berlawanan dengan Direksi," kritik Suhardiman.(*/di)


Baca Juga