Teror Berlanjut, Prancis Terapkan Status Keamanan Tertinggi

Paris, Detak Indonesia -- Pasca terjadi serangan penusukan brutal dan mematikan yang telah menewaskan tiga warganya di depan Gereja Notre Dame, Kota Nice, Pemerintah Prancis  meningkatkan status keamanan level tertinggi di seluruh wilayah Prancis.

Pemberlakuan status darurat tersebut itu diumumkan oleh Perdana Menteri Prancis Jean Castex pada Kamis 29 Oktober 2020 di hadapan Majelis Nasional Prancis. Castex juga mengatakan pemerintah Prancis akan memberikan respons yang tegas atas tindakan tersebut.

Castex akan menutup sejumlah jalan-jalan di sekitar lokasi serangan dan di dekat gereja Notre Dame. Pemerintah juga akan bersikap tegas atas serangan tersebut.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk tindakan teror tersebut. Dia menyebutnya bentuk kegilaan.

"Kegilaan teroris Islam," kata Macron dilansir CNN, Kamis (29/10/2020).

Macron kemudian mengatakan Prancis akan selalu melawan paham ekstremisme dan terorisme. Dia juga menegaskan Prancis tetap akan mempertahankan nilai-nilai sekularisme.

Penyerangan

Dunia menyorot kejadian penyerangan yang membuat tiga orang tewas di sekitar Gereja Notre Dame, Nice, Prancis. Ada beberapa orang lainnya terluka.

Penyerangan diduga kuat dilakukan oleh imigran asal Tunisia, Brahim Aouissaoui. Dia masih berusia 21 tahun. Sejauh ini, Brahim sudah ditangkap aparat setempat.

Pelaku tiba di Eropa pertama kali di Pulau Lampedusa, Italia. Sempat dikarantina oleh otoritas setempat sesuai dengan protokol pencegahan virus corona.

Setelah dibebaskan, Brahim diperintahkan untuk meninggalkan wilayah Italia. Dia lalu tiba di Prancis pada awal Oktober 2020 hingga terjadi penyerangan di Nice.

Penyerangan itu lekas menjadi sorotan dunia karena terjadi ketika Macron dikritik oleh banyak pimpinan negara.

Macron dikecam lantaran tidak melarang Charlie Hebdo menerbitkan kartun Nabi Muhammad. Sejumlah pimpinan negara Timur Tengah meradang dan mengkritik sikap Macron. Bahkan sempat ada guru asal Prancis yang dipenggal pada 17 Oktober lalu usai membicarakan kartun tersebut.

Wali Kota Nice, Christian Estrosi menyebut serangan ini sebagai `serangan fasis Islam`.

"Pelaku terus mengulang "Allahu Akbar` bahkan saat diobati karena terluka akibat penangkapan," kata Estrosi kepada wartawan di lokasi kejadian.

Belasungkawa

Sekjen PBB Antonio Guterres menyampaikan belasungkawa terhadap Prancis sekaligus mengutuk aksi penyerangan. Hal serupa diucapkan pimpinan negara-negara Eropa.

"Mengutuk keras serangan keji hari ini yang terjadi di Notre Dame Basilica di Nice," kata Guterres lewat juru bicara Stephane Dujarric, Kamis (29/10/2020).

Para pimpinan negara yang tergabung dalam Uni Eropa juga mengutuk aksi terorisme di Nice, Prancis. Ada 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Dewan Uni Eropa Charles Michel.

"Kami para pemimpin di Eropa terkejut dan sedih dengan serangan teroris di Prancis. Kami mengutuk serangan ini," kata Charles.

Penyerangan di Saudi

Sementara itu, seorang warga Arab Saudi menyerang petugas keamanan Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi menggunakan pisau.

Polisi Mekkah mengatakan pelaku penyerangan adalah warga Saudi, namun kewarganegaraan penjaga konsulat yang mengalami luka ringan tidak disebutkan.

"Penyerang ditangkap oleh pasukan keamanan Saudi segera setelah serangan itu. Penjaga itu dibawa ke rumah sakit dan nyawanya tidak dalam bahaya," kata Kedutaan Prancis untuk Saudi dalam sebuah pernyataan.

Penjagaan lantas diperketat usai terjadi penyerangan. Kantor berita AFP Prancis melaporkan petugas kepolisian yang berjaga di Konsulat Prancis di Jeddah melarang warga memotret di sekitar lokasi kejadian. (*/di) 


Baca Juga