Panipahan, Kini Sentra Penghasil Ikan Pengganti Bagansiapi-api

Panipahan, Detak Indonesia--Panipahan, Kecamatan Pasirlimau Kapas, Kabupaten Rokanhilir (Rohil), Riau, belum dikenal luas oleh masyarakat. Berwisata ke kota terapung ini banyak kuliner laut yang lezat bisa dinikmati wisatawan.

Kota terpencil di atas laut ini berada di pesisir timur Pulau Sumatera di Kabupaten Rokanhilir, Riau. Permukiman masyarakatnya dibangun di atas laut dengan tiang pancang beton ataupun menggunakan batang kayu model rumah panggung. Biaya bangun satu rumah panggung bisa mencapai Rp200 juta hingga Rp250 juta. Itu cerita warga.

Pagi hari terkadang air laut pasang, daratannya pun tak nampak dan sorenya surut daratan muncul lagi.

Ada cerita warga Panipahan, kota terapung ini perputaran uangnya berlangsung hampir tiap hari dari hasil produksi hasil laut yang melimpah seperti kepiting, udang, ikan senangin, kerang, ikan tongkol, eko, dan lain-lain.

Pasaran harga udang atau kepiting di Panipahan ini sekitar Rp35.000/kg. Lebih murah dibanding harga Eko yang masih hidup seekor bisa Rp110.000. Udang, kepiting, Eko diekspor ke luar negeri dan juga dikirim ke Jakarta.

Nelayan berangkat melaut pagi hari selama berhari-hari di laut, dan sore hari terkadang pulang kembali membawa hasil laut dijual ke toke yang umumnya pengusaha Tionghoa yang sudah menunggu di gudangnya. 

Nelayan umumnya hanya pekerja dari toke-toke pemilik kapal ikan. Nelayan dipinjamkan kapal penangkap ikan, atau kapal ikan dikreditkan kepada nelayan tempatan, namun bayar angsurannya hasil laut dijual ke toke tersebut. Tak boleh jual ke toke lain.

Ada pula cerita, nelayan pekerja toke yang menggunakan kapal tangkap ikan ukuran besar, mereka pasang jaring di laut lepas dari satu kapal ke kapal kedua terkadang bisa sejauh 500 meter bahkan sejauh 1 km. Itu hampir semua lubang jaring berhasil nyangkut banyak ikan serai atau ikan gembung yang murah harganya.

Terkadang saking banyaknya nyangkut ikan murah ini, ikan ini dibuang percuma lagi ke laut. Dan ikan-ikan mahal diambil seperti ikan senangin bawal, kakap, tongkol, dan lain-lain.

Ada cerita dari warga, sebelum melaut terkadang ada oknum nelayan yang menyeruput sabu agar berani perkasa menantang ombak saat di lautan. Kalau tak konsumsi itu keberanian sedikit surut. Maka cerita ini bukan rahasia lagi. Peredaran narkoba jenis sabu dari pintu ke pintu di kawasan ini sepoi-sepoi senyap tapi lancar dari bisik-bisik satu mulut ke mulut lain. Kalau mau diantarkan, mau beli sabu, demikian tawaran warga yang berprofesi sebagai ojek kampung akan diantarkan ke pengecer, si pengojek berani buka-buka karena sudah mulai akrab dengan kami tamu berdua. Mau teman selimut malampun bisa dicarikan katanya gitu loh ! Semua di sini dunia perkeliruan malam hari ada.

Untuk panduan wisata, dari Pelabuhan Bagansiapi-api Rohil menuju Panipahan, wisatawan menggunakan speed boat melintasi laut selama sekitar 1 jam perjalanan. Tiket tak salah kalau tak lupa sekitar Rp100.000/orang. Tapi di karcis yang kami pegang tak tertulis harga tiketnya. Unik memang. Speed boatnya kencang 5 mesin.

Tapi ingat dan jangan lupa, pulang berwisata dari Panipahan beli oleh-oleh ikan asin. Atau beli udang, kerang, kepiting, cumi-cumi, ikan senangin, ikan kakap, dan lain-lain bisa dikemas dalam peti styrofoam ukuran 5 kg diisi batu es agar awet sampai di rumah. (azf)


Baca Juga