2023, CPO dan Nikel Turun Performanya

Jakarta, Detak Indonesia--Resesi global yang diramal akan terjadi pada 2023 adalah hal yang ditakuti oleh investor saham. Sebab berpotensi membuat rugi investasi.

Sektor perkebunan kelapa sawit diperkirakan akan menurun performanya. Begitu juga dengan logam nikel yang sempat berjaya di awal 2022. Akan tetapi resesi memberikan peluang bagi emas untuk bersinar.

Isu resesi global pada 2023 sudah ramai dibicarakan sejak 2022. Resesi membuat ekonomi menjadi melambat dan membawa ekonomi ke dalam jurang ketidakpastian. Oleh karena itu emas sebagai investasi tradisional dijagokan sebagai tempat berlindung investor.

Harga emas dunia diperkirakan akan kembali menembus level 2.000 dolar AS per troy ons pada 2023. Lembaga investasi Wells Fargo dalam 2023 Outlook: Recession, Recovery, and Rebound memperkirakan emas dunia pada 2023 akan bergerak di rentang 1.900 dolar AS per troy ons hingga 2.000 dolar AS per troy ons.

Bahkan Saxo Bank, institusi keuangan terkenal memperkirakan harga emas dunia bisa menyentuh 3.000 dolar AS per toy ons pada 2023. Emas diuntungkan dengan kondisi dunia saat ini yang berada di era inflasi tinggi. Ditambah pada 2023 tren kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral diperkirakan akan tidak seagresif 2022. 

Sehingga peluang logam mulia untuk kembali mengkilap terbuka lebar.
Kenaikan suku bunga acuan oleh para bank sentral selama ini menjadi momok menyeramkan bagi emas. Sempat menempati posisi ke 2.000 dolar AS/troy ons pada awal 2022, investor harus mengelus dada tatkala emas jatuh ke level 1.600 dolar AS per troy ons.

Bank sentral yang agresif dalam menaikkan suku bunga membuat emas menjadi tidak menarik karena tidak memberikan imbal hasil atau bunga. Ini yang membuat emas tidak bersinar selama 2022 meskipun inflasi memanas.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve/The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 425 basis points (bps) sejak Maret hingga Desember dan saat ini berada di posisi 4,25 persen-4,5 persen. Dalam periode tersebut, harga emas sudah ambruk US4105,5 troy ons.

The Fed mulai menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada Maret. Saat itu, harga emas terkoreksi walau tidak besar. Guncangan kepada harga emas dimulai sejak The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps pada 16 Juni 2022.
Tren kenaikan suku bunga acuan The Fed tersebut diperkirakan akan melandai pada 2023.

 J P Morgan dalam laporannya mengatakan bahwa dengan asumsi inflasi utama dan inflasi upah mereda, JP Morgan melihat suku bunga AS naik menjadi sekitar 4,5 persen - 5,0 persen pada kuartal pertama 2023 dan berhenti di sana.

"ECB juga diperkirakan akan berhenti di 2,5 persen -3,0 persen pada kuartal pertama. Bank of England mungkin membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mencapai puncaknya, mengingat inflasi kemungkinan akan terbukti lebih lengket di Inggris. Kami melihat tingkat bunga Inggris puncak 4,0 persen -4,5 persen pada kuartal kedua," ungkap JP Morgan dilansir CNBC Indonesia, Senin (2/1/2023).

Sejalan dengan JP Morgan, Credit Suisse pun memperkirakan tren kenaikan suku bunga acuan oleh para bank sentral dunia akan melandai pada 2023. Sehingga faktor yang selama ini membebani laju kenaikan harga emas berkurang dan emas dunia diharapkan bisa melaju. Lantas saham mana yang berpotensi saat harga emas melaju? (*/di)


Baca Juga