Warga Tionghoa Pekanbaru Mulai Persiapan Menyambut Tahun Baru Imlek 2023/2574

Pekanbaru, Detak Indonesia--Warga Tionghoa di Kota Pekanbaru Riau mulai persiapan menyambut Tahun Baru Imlek 2023/2574.

Imlek 2023/2574 di Pekanbaru diisi acara pengobatan gratis Imlek bersama 2023 pada Ahad 15 Januari 2023 pukul 10.00-14.00 di lantai I Mal Pekanbaru (MP), kemudian Perlombaan Dekorasi Rumah Nuansa Imlek pada 18-24 Januari 2023 dengan hadiah jutaan rupiah, Perayaan Imlek Chue SA Selasa 24 Januari 2023 pukul 13.00 WIB sampai selesai di SKA Co Ex, perayaan Cap Go Meh 4-5 Februari 2023 pukul 10.00 - 22.00 di Mal Pekanbaru.

Romo Toni Sasana, dalam jumpa pers di Sekretariat PSMTI Riau Jalan Setia Budi Pekanbaru Jumat malam (13/1/2023) menjelaskan bahwa wabah Covid-19 sudah berlalu marilah bersuka cita dan sesamanya saling mengasihi.

Sementara Ketua Panitia Imlek Bersama 2023/2574, Steven Sanjaya menyampaikan tema Imlek tahun Kelinci air tahun 2023 ini adalah "Satu hati satu langkah Indonesia bangkit dan kuat".

Menurut Steven, Indonesia sudah dua tahun berlalu Covid dan acara Imlek juga vakum dua tahun. Imlek 2023/2574 di Pekanbaru diisi acara pengobatan gratis Imlek bersama 2023 Ahad 15 Januari 2023 pukul 10.00-14.00 di lantai I Mal Pekanbaru, perlombaan dekorasi rumah nuansa Imlek  18-24 Januari 2023 hadiah uang jutaan rupiah, perayaan Imlek Chue SA Selada 24 Januari 2023 pukul 13.00 WIB sampai selesai di ballroom SKA Co Ex, perayaan Cap Go Meh 4-5 Februari 2023 pukul 10.00 - 22.00 di Mal Pekanbaru.

"Ada juga pemeriksaan ibu hamil gratis di Mal Pekanbaru Ahad 15 Januari 2023 pukul 10.00-14.00. Detik-detik Imlek 21 Januari 2023 berlangsung malam harinya pukul 24.00 di Jalan Karet Pekanbaru sudah dipasang 551 buah lampu lampion. Setelah tahun Kelinci Air ini masuk tahun Naga," kata Steven bos Plaza Mebel Pekanbaru ini.

Steven juga menjelaskan perayaan Cap Go Meh di Mal Pekanbaru ada fashion show, bazar, kuliner, dan lain-lain.

Ketua Walubi Pekanbaru Siddik menjelaskan pula tujuan utama Imlek tahun ini yakni silaturahmi antar kelompok mengunjungi sesamanya agar semua warga Tionghoa berkumpul pada hari itu di SKA Co Ex untuk merayakan Imlek bersama. Untuk bertemu sama-sama teman agar tahun berikutnya cerah dan baik.

Romo Toni Sasana menambahkan makna merah dalam Tionghoa banyak tradisi yang penting lebih kekeluargaan kumpul keluarga makan bersama yang penting kalau perut kenyang semua selesai pada malam Imlek dan saling mengunjungi. Tahun kelinci lebih lembut itu harapan semua orang, semua berkembang dengan baik dunia lebih damai.

Pak Tohan Ketua Ikatan Keluarga Tionghoa Selatpanjang mengatakan tiap tahun pergantian shio ada 12 shio ada shio tikus artinya melambangkan lincah pintar. Kita mesti pintar dan rajin. Kelinci lebih hati-hati tahun 2023 ini kita harus hati-hati semoga makin lebih baik. Diramalkan akan terjadi resesi global dan warga Tionghoa harus hati-hati.

Pengusaha/anggota Dewan Penasihat PSMTI Riau dan panitia Imlek Bersama Erna Wilianti menuturkan Covid-19 sudah berlalu keadaan lebih baik masyarakat sudah bisa beraktivitas antara lain bisnis.

Indonesia unik beragam agama semua dihargai Imlek diharapkan mendatangkan kemajuan pariwisata memberikan suasana usaha yang lebih baik bukan untuk Tionghoa saja. Menambah income daerah usaha lebih baik suasana investasi lebih baik semoga tahun ini lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

Sementara Steven Ketua Himpunan Bersatu Teguh Pekanbaru berharap harapan tahun kelinci ini meloncat lebih hati-hati.

Dikatakan Ketua PSMTI Riau Steven Sanjaya bahwa lampu lampion di Jalan Karet/Jalan Dr Leimena Pekanbaru sudah dihidupkan sejak Ahad lalu 8 Januari 2023 sebanyak 551 buah.  Lampu lampion ada maknanya yakni ada sejarahnya dulu di Tiongkok ada makhluk halus mengganggu maka dipasang lampu lampion warna merah untuk mengusir makhluk yang mengganggu itu. 

Sementara Bidang Humas PSMTI Riau Ket Tjing menjelaskan pemasangan 551 buah lampu lampion itu adalah tahun kelahiran tokoh Tiongkok Kongfusius tempo dulu. 

Sejarah Imlek
Awal mula berlangsungnya Imlek atau Tahun Baru China diyakini terjadi pada zaman Dinasti Shang pada 1600-1046 sebelum masehi (SM), sekitar 3500 tahun lalu. Di zaman itu, orang-orang mengadakan upacara pengorbanan sebagai bentuk menghormati dewa dan leluhur yang dilakukan setiap awal serta akhir tahun.

Momentum tersebut juga menjadi ritual untuk mempersembahkan korban kepada leluhur atau dewa, sekaligus menyembah alam sambil memberkati hasil panen pada pergantian tahun.

Masih berlatar era Dinasti Shang, sejarah Imlek turut diwarnai dengan cerita legenda terkait serangan monster bernama Nian.
Nian digambarkan berupa monster kejam bergigi taring, pemakan hewan ternak, hasil bumi, sampai manusia. Sosok Nian juga dianggap seperti 'monster tahunan' yang selalu menyerang kehidupan manusia setiap malam tahun baru.

Salah satu cara untuk mencegah serangan Nian yang menghancurkan harta benda, warga rela menghidangkan beberapa makanan di setiap pintu rumah untuk Nian. Konon, menurut nasihat leluhur, monster Nian takut dengan suara keras (petasan) dan hal-hal berwarna merah.

Oleh sebab itu, orang-orang mulai memasang lentera merah dan gulungan kertas merah di setiap jendela serta pintu rumah mereka untuk mencegah Nian masuk. Lalu, ada juga bambu bakar atau sekarang diganti dengan petasan untuk menakut-nakuti Nian. Hal ini dipercaya membuat Nian tidak pernah muncul lagi. (azf)


Baca Juga