Kopassus Diikutkan Bantu Densus 88 Tumpas Terorisme

Selasa, 15 Mei 2018 - 23:33:51 WIB

Tim elit TNI, Kopassus akhirnya diikutkan membantu Tim Densus 88 Anti Teror Polri dalam menumpas aksi teroris yang semakin aktif di Indonesia pada Mei 2018. (Foto Net)

Jakarta, Detak Indonesia--Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI, akhirnya dilibatkan ikut membantu Tim Densus 88 Anti Teror untuk menumpas aksi terorisme yang sedang merajalela di Indonesia akhir-akhir ini. 

Penegasan ini disampaikan Kapolri. jenderal Tito Karnavian di acara Indonesia Lawyer Club (ILC) TVOne Selasa malam tadi (15/5/2018).

"Saya sudah minta kepada Panglima TNI Hadi Tjahjanto, bang tolong kami menangani aksi teror ini dan Pak Hadi bersedia dan Kopassus sudah gabung sama kami," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Kenapa Polri minta bantuan kepada TNI,  karena menurut Tito pergerakan kelompok teroris ini sudah sangat aktif sudah sampai pada tingkat Takfiri.

Takfiri (bahasa Arab) adalah sebutan bagi seorang Muslim  yang menuduh Muslim lainnya (atau kadang juga mencakup penganut ajaran Agama Samawi lain) sebagai kafir  dan murtad. Tuduhan itu sendiri disebut takfir, berasal dari kata kafir (kaum tidak beriman), dan disebutkan sebagai orang yang mengaku seorang Muslim tetapi dinyatakan tidak murni Islamnya dan diragukan keimanannya. 

Tindakan menuduh Muslim lain sebagai "kafir" telah menjadi suatu bentuk penghinaan sektarian, yaitu seorang Muslim menuduh Muslim sekte atau aliran lainnya sebagai kafir. Tindak kekerasan yang berawal dari tuduhan mengkafirkan Muslim lain.

Menurut Tito,  kenapa kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia ini membuat teror.  Karena pimpinannya Aman Abdurahman telah ditangkap dan ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua Depok Jawa Barat.  Kemudian JAD ini berkiblat ke ISIS di Timur Tengah. 

Sementara kelompok ISIS di Suriah dan Irak sudah tertekan  akibat diserang oleh Irak,  Amerika Serikat,  Rusia dan lain-lain. Oleh sebab itu pimpinan ISIS di Timur Tengah ini menginstruksikan jaringannya di Indonesia membuat perlawanan. 

"Jadi kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua Depok Jabar itu tidak hanya sekadar masalah makanan, apalagi katanya di dalam makanan itu ada kitab Alquran yang 'diinjak-injak'.  Itu tidak benar. Anggota Densus Saya sudah tahu betul protap itu tidak mungkin itu dilakukan," tegas Tito melurusnya isu yang berkembang liar dan menyesatkan di masyarakat. 

Menurut Tito lagi, aksi kerusuhan di Mako Brimob itu tidak berdiri sendiri dengan aksi ledakan bom di Surabaya. Itu saling terkait dan akumulasi dari ditangkapnya dan ditahannya pimpinan mereka,  jadi mereka marah. Ditambah lagi dengan gerakan mereka di Timur Tengah semakin tertekan.

Polisi sudah menangkap sejumlah jaringan mereka di Surabaya, Jawa Barat,  Sumsel dan terakhir lima orang ditangkap di Sumut Selasa (15/5/2018) pasca ledakan bom di tiga gereja di Surabaya Minggu lalu (13/5/2015) dan ledakan bom di Polrestabes Surabaya Senin lalu (14/5/2018).(*/jui/azf)