10 Hari Terakhir Ramadhan untuk Kebutuhan Spiritual

Sabtu, 02 Juni 2018 - 14:03:25 WIB

Ilustrasi, foto:Net

JAKARTA, Detak Indonesia - Sebentar lagi, kaum Muslimin akan menjalani 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Urgensi kurun waktu tersebut sejalan dengan konsep psikologi Islam tentang kebutuhan (needs) jiwa. Hal ini disampaikan Prof Abdul Mujib dari UIN Syarif Hidayatullah. Dia menilai 10 hari terakhir Ramadhan seyogianya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan spiritual.

Bagaimanapun, kecenderungan setiap orang berbeda-beda. Ada yang berpuasa karena terpaksa, sekadar ikut-ikutan, atau bahkan tidak shaum sama sekali. Sementara itu, ada pula yang menjalani ibadah secara ikhlas semata-mata mengharapkan ridha Allah.

Kelompok yang pertama itu cenderung merasakan Ramadhan sebagai selingan atau bahkan beban bila dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Padahal, lanjut Abdul Mujib, bulan suci ini merupakan kesempatan besar untuk membersihkan diri, baik secara jasmani maupun rohani.

“Manusia butuh ruang spiritual. Ini disediakan bulan suci Ramadhan. Makanya, kalau sejak awal memasuki Ramadhan dengan cinta, orang akan berharap bahwa semua bulan dalam satu tahun adalah Ramadhan,” kata Prof Abdul Mujib.

Dia mengibaratkan bulan suci menyuguhkan menu kepada orang-orang beriman. Mereka yang membutuhkan ketentraman jiwa akan semakin giat dalam menuntaskan menu-menu ibadah, baik itu wajib maupun sunah. Terlebih lagi sepanjang 10 hari terakhir Ramadhan.

“Itulah mengapa orang merasakan kebahagiaan batin yang selama ini mungkin tidak diperolehnya selama bulan-bulan biasa. Di bulan Ramadhan ini, dia mendapatkan nuansa spiritual yang luar biasa. Makanya, ada istilah bahwa Ramadhan merupakan sekolah rohani, madrasah spiritual,” ujar penulis buku Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam (2017) ini.