Harga Minyak Anjlok

Rabu, 01 Agustus 2018 - 08:45:44 WIB

Ilustrasi : Net

JAKARTA, Detak Indonesia.co.id -- Harga minyak jatuh pada Selasa (Rabu pagi WIB), menutup penurunan bulanan terbesar dalam dua tahun karena kekhawatiran pasokan setelah produksi OPEC mencapai tertinggi 2018 pada Juli, membayangi laporan bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok mungkin membuka kembali pembicaraan perdagangan yang dapat meningkatkan permintaan.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober turun 1,34 dlolar AS menjadi menetap di 74,21 dollar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak September yang berakhir pada Selasa (31/7/2018) ditutup pada 74,25 dollar AS.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, merosot 1,37 dollar AS menjadi menetap di 68,76 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Brent kehilangan lebih dari enam persen pada Juli, sementara minyak mentah AS merosot sekitar tujuh persen, penurunan bulanan terbesar untuk kedua acuan tersebut sejak Juli 2016.

Harga minyak memperpanjang kerugiannya dalam perdagangan pasca-penyelesaian, dengan minyak mentah AS pada 68,32 dollar AS per barel, setelah data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah domestik naik 5,6 juta barel pekan lalu.

Sebuah jajak pendapat Reuters memperkirakan stok turun 2,8 juta barel. Data Badan Informasi Energi AS (EIA) akan dirilis pada Rabu waktu setempat.

Tanda-tanda bahwa gangguan pasokan di Selat Bab al-Mandeb di Laut Merah dapat diselesaikan, telah menekan harga minyak selama sesi perdagangan, kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.

Kelompok Houthi Yaman mengatakan pihaknya siap untuk secara sepihak menghentikan serangan di Laut Merah guna mendukung upaya-upaya perdamaian.

Arab Saudi menangguhkan pengiriman minyak melalui selat minggu lalu setelah Huthi menyerang dua kapal tanker minyak Saudi.

OPEC dan Rusia genjot produksi

Rusia dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkatkan produksi pada Juli, menurut survei produksi Reuters pada Senin (30/7/2018).

Survei menunjukkan anggota OPEC meningkatkan produksi pada Juli sebesar 70.000 barel per hari (bph) menjadi 32,64 juta bph, tertinggi untuk tahun ini.

"Kami sedang melihat beberapa produksi kembali beroperasi, sehingga membebani harga," kata analis di Price Futures Group di Chicago Phil Flynn.

Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa harga minyak kemungkinan akan terus stabil tahun ini dan tahun depan, karena peningkatan produksi dari OPEC dan Amerika Serikat memenuhi peningkatan permintaan yang dipimpin oleh Asia dan membantu untuk mengimbangi gangguan pasokan.(DI)