Kenapa Syarwan Keberatan Pemberian Gelar ke Jokowi

Rabu, 19 Desember 2018 - 18:52:59 WIB

Syarwan Hamid mengembalikan Tanjak dan ikat pinggang gelar Datuk Seri Lelanegara ke Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) di Jalan Diponegoro Pekanbaru, Riau, Rabu (19/12/2018).(Aznil Fajri/Detak Indonesia.co.id)

Pekanbaru, Detak Indonesia--Tokoh senior Melayu Riau yang juga mantan Mendagri RI Letjen (Purn) Syarwan Hamid mengungkapkan kenapa dia keberatan pemberian gelar adat Melayu Riau baru-baru ini. Alasannya pertama kata Syarwan diberikan pada tahun politik. 

Kita tahu di sini ada dua kelompok besar yang sedang berkompetisi. Pemberian gelar kepada salah satu pihak dianggap bias. Berarti LAM Riau telah menjual dirinya untuk kepentingan salah satu pihak. Padahal menurut survei kata Syarwan pihak yang satu lebih besar di sini. "Yang lebih besar diabaikan, kemana otak Syahril Abubakar ini," kata Syarwan dengan nada tinggi.

Kemudian kedua, apapun yang saya lakukan semala hidup  dalam menjabat selalu berfikir apa yang terbaik untuk bangsa ini. Itu sudah dilakukan di Irian 16 bulan,  di Timtim dua kali, di Aceh dilakukan dua tahun dalam penyelesaian operasi dalam negeri. Masih banyak yang lain. Kemudian untuk TNI, kalau yang pertama menjaga kedaulatan, kedua melaksanakan tugas dengan segala penuh rasa tanggungjawab. 

"InsyaAllah Saya tidak pernah dikritip oleh pimpinan karena gagal dan tugas. Ini Saya bukan sombong ya. Seharusnya anda bangga punya orang seperti Saya ini. Itu tidak Saya dapat dengan santai. Tidak ada sponsor di atas menggaet Saya sebelum waktu untuk bisa jadi apakah Kolonel, Brigjen, apakah Jenderal, apakah Panglima. Semua Saya dapat dengan DARAH dan AIR MATA," tegas Syarwan dengan suara sangat keras dan lantang.

Kalian tak tahu Jenderal bisa menangis. Kolonel bisa menangis. Perbuatan Syahril Abubakar Ketua LAM Riau ini membuat Saya hampir menangis. Begitu dulu anak yang Saya bina, rupanya dia menjadi macan kecil setelah dia besar dia memakan tuannya. Syahril menyatakan tak ada kewajibannya untuk melapor ke Pak Syarwan. Saya masih Datuk Setia Lelanegara. Coba cari putra Riau yang telah berbuat untuk Riau seperti yang telah Saya lakukan. Sebut satu nama. Anda bisa menyebutkannya. Sebut! Begitu Syahril melakukan kepada orang yang telah berbuat untuk Riau ini. Karena dalam menjawab selalu Saya tanya apa yang selalu saya perbuat untuk Negara. Apa yang Saya perbuat untuk Tentara. Apa yang saya lakukan untuk agama. Dan apa yang Saya lakukan untuk Riau.

"Sekarang Saya lakukan kmbali. Saya kembalikan gelar ini dengan latar belakang kesadaran pengabdian itu. Syahril dengar buka kupingnya," tegas Syarwan.

Syarwan kembali menegaskan kenapa dia keberatan pemberian gelar adat itu baru-baru ini. Syarwan menegaskan sebagai saksi sejarah dari Pemberontakan G.30.S/PKI. Setelah korban terjadi Syarwan menjaga rumah Jenderal Ahmad Yani. Teman-teman lainnya menjaga rumah Jenderal Nasution. Tujuh Jenderal yang korban itu. Dalam bertugas Syarwan selalu bertugas dalam intelijen.

Selama 17 tahun di intelijen, dua kali sekolah intelijen. Sekolah mengungkapkan G.30.S/PKI dua kali. Kemudian dipraktikkan di lapangan mencermati fenomena Komunis yang jatuh bangun, jatuh bangun lagi dan ingin bangun terus selama ada kesempatan. Sekarangpun seperti itu pengamatan Syarwan Hamid. Saya tidak punya kebencian dasar kepada Jokowi. Tapi tindakannya mempermudah masukny tenaga kerja China, mempermudah warga negara China jadi Warga Negara Indonesia (WNI), berutang begitu besar ke China, investasi di sini kemudian karyawannya orang China. 

Itu semua adalah orang yang sudah dilatih intelijen, gerilya expert. Tidakkah kita membuka mata semua terhadap kejadian di lingkungan kita. Tibet suatu negara yang tadinya Dalai Lama yang memimpin sangat beradab, masuk China dengan tenaga kerjanya, masuk modalnya dan segala macam asingnya bikin partai komunis kemudian Dalai Lama diusir sampai sekarang tak bisa kembali. Kedua Kerajaan Nepal sama masuk tenaga kerja, diutangkan kemudian bikin partai, lalu Raja Nepal dikudeta sekarang jadi Negara Komunis. Itu yang terjadi di Anggola, masjid ditutup. Itu yang terjadi di Zambia, itu yang terjadi di Maladewa. Hampir finis itu yang terjadi di Sailon, berawal kegiatannya di Timor Leste, Malaysia untuk Malaysia punya Mahathir.

"Mahathir orangnya heroik dalam usianya 92 tahun. Tak mau tak rela Negerinya didominasi oleh China. Didominasi oleh orang China di sini aja kita tak suka apalagi sama mereka yang di China sana," ujar Syarwan Hamid.

"Itu yang tak bisa Saya kompromikan sama Jokowi. kalau dia (Jokowi) bikin jalan tol, bikin segala macam walaupun itu ngutang juga kemudian meneruskan proyek yang lama itu masih bisa ditolerir. Tapi membuat Negeri ini masa depan yang kelam, membuat kalian generasi muda bangun tidur tetangganya di sebelahnya nanti China semua itu tak bisa Saya biarkan. Saya akan lawan sampai titik darah penghabisan!" tegas Syarwan disambut dukungan pemuda-pemudi Melayu yang mengikutinya sejak awal.

"Pak Jokowi jangan anggap enteng Saya. Saya tak sendiri, di belakang Saya banyak. Saya orang yang tak ecek-ecek (pura-pura), tak punya prestasi apa-apa di negeri ini. Kenapa Pemilu pertama bisa oleh Jimmy Carter dikatakan cukup jujur dan adil. Pemilu pertama saja era reformasi itu bukan kebetulan. Saya mengalah tak membenarkan Kepala Desa yang dulu dianggap selalu ke Golkar, Saya larang sehingga Saya dimusuhi oleh Akbar Tanjung. 

Kemudian Syarwan melepas jabatan Ketua KPU punya biaya 3,5 triliun ke Rudini yang memenej Pemilu itu jadi Pemilu yang jurdil. Kemudian sama e-KTP ditawarkan ke Syarwan Rp1 miliar per bulan tetapi oleh Sutiyoso bilang jangan bang itu gila-gilaan mark-upnya. Yang bersangkutan setelah seminggu menghadap dikatakan itu sudah deal dengan menteri terdahulu. Malamnya Syarwan berfikir ini apa ini reaksi saya. Tak gampang, Syarwan waktu itu baru jadi Wakil Ketua DPR/MPR gaji Rp900 ribu. Bayangkan ditawari Rp1 miliar per bulan, apa tak demam itu.

Tapi tiba-tiba saja tengah malam tersentak, kalau sogokannya banyak, ulatnya pasti banyak ini. Besoknya Sutiyoso telepon seperti itu memang bagi yang pemuda yang baru berkarir jangan terlalu menjadi pemberani. Semua dilibas, sisakan rasa takut sedikit. "Rasa takut itu yang membuat Saya membatalkan. Itu yang terjadi juga pada mobil Damkar, Menterinya kenak, Saya tak kenak karena Saya tak mau. Dan seterusnya. Jadi mahal sekali untuk menegakkan marwah itu.

Bagi Saya kalau di tengah jalan terhenti karena satu kesalahan, yang malu bukan keluarga Saya saja. Tapi Riau baru punya Atuk-atuknya menteri. Di Riau itu ada tiga jenderal, satu Brigjen namanya Syarwan Hamid. Dua Mayor Jenderal namanya Syarwan Hamid. Tiga Letjen namanya Syarwan Hamid. Tri and One memang satu pada hakikatnya. Untunglah kalian punya orang yang banyak takutnya juga. Bukan pemberani yang ngawur. Sekarang Saya katakan kepada Jokowi anda membiarkan terus China ini masuk, mempermudah investasi mereka sehingga mereka bisa membuat proyek-proyek yang diubah untuk alat infiltrasi, invasi militer, Saya dengan teman-teman saya akan melawan anda.

Mungkin Jokowi itu bukan dikatakan jahat seperti itu ya, tapi di belakang dia itu banyak pembisik yang tak benar. Makanya Nabi Muhammad mengatakan jika ingin tahu seseorang itu lihat siapa di sekitarnya. Walaupun kelihatan baik, di sekitarnya ada syetan, ada iblis dan segala macam itu gambaran pemimpin itu jadinya. Jadi ingat Pak Jokowi jangan sembarangan memilih orang. Syharil agar dengar ini, kecuali anda dalam skenario itu. Walaupun anak PKI bermebntal Pancasila dia bisa jadi Presiden. Tapi jangan Aku Bangga Jadi Anak PKI So What PKI, So What Komunisme itu berarti ingin balik itu. Ingin kembali kan? Apa kalian biarkan? Lawan terus. Di sini gambar tiap meter hampir gambar satu calon ya. Tambah itu gambar sampai tak ada ruang lagi. Tapi Riau tetap akan memilih yang lain. Bukan karena apa-apa, tapi karena tadi itu kesadaran, kita tidak mau kehilangan kedaulatan. Ditukar dengan jalan tol dengan apa pun tak seimbang dengan Kedaulatan Bangsa ini. Pertahankan dan tumbuhkan dengan darah dan air mata. "Itulah kenapa Saya bersemangat. Saya sebenarnya harus membatasi jangan terlalu kali karena baru operasi jantung ada tabung gas di sini. Tapi kok Saya jadi semangat ya. Allah Akbar," tutup Syarwan. (azf)