Riau Alami Deflasi Sebesar -0,32 Persen

Selasa, 01 Oktober 2019 - 15:12:30 WIB

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Drs Musfaruddin MSi didampingi Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Riau Agus Nuwibowo SSi MM

Pekanbaru, Detak Indonesia--Pada bulan September 2019, Provinsi Riau mengalami deflasi sebesar -0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 140,57. Dengan demikian Inflasi Tahun Kalender sebesar 2,84 persen, dan Inflasi Year on Year (September 2019 terhadap September 2018) sebesar 4,02 persen. 

Deflasi adalah suatu periode di mana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi  terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Drs Musfaruddin MSi didampingi Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Riau Agus Nuwibowo SSi MM dalam jumpa pers di Kantor BPS Riau Selasa (1/10/2019) menjelaskan dari 3 kota IHK di Provinsi Riau, semua Kota mengalami deflasi yakni Kota Pekanbaru sebesar -0,23 persen, Kota Dumai sebesar -0,79 persen dan Kota Tembilahan sebesar -0,28 persen.

Inflasi Riau pada bulan September 2019 sebesar -0,32 persen terjadi karena adanya penurunan indeks harga konsumen yang cukup signifikan pada kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar -1,42 persen, diikuti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yakni sebesar 
-0,04 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar -0,01 persen. 

Sedangkan empat kelompok lainnya mengalami inflasi yaitu kelompok sandang sebesar 0,31 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,24 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,12 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau  sebesar 0,03 persen.

Komoditas yang memberikan andil terjadinya deflasi di Riau antara lain: cabai merah, bawang merah, tomat sayur, telur ayam ras, cabai rawit, 
buncis, ayam hidup, jeruk, cabe hijau, tomat buah dan lain-lain. 

Sementara itu komoditas yang memberi andil inflasi antara lain: pemeliharaan/service, daging ayam ras, emas perhiasan, kentang, daging sapi, tarif gunting rambut pria, daun bawang, rampela hati ayam dan lain-lain.

Dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, sembilan belas kota mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar -1,94 persen, diikuti oleh Kota Medan sebesar -1,92 persen dan Kota Pematang Siantar sebesar -1,18 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Tanjung Pinang sebesar -0,11 persen.

Di Indonesia, dari 82 kota yang menghitung IHK, tujuh puluh kota mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar -1,94 persen, diikuti oleh Kota Medan sebesar -1,92 persen dan Kota Jayapura sebesar -1,26 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Surabaya sebesar -0,02 persen.(azf)