Ada Rusa dan Kambing Hitam di Ekowisata Rimbang Baling

Jumat, 14 Februari 2020 - 16:13:08 WIB

Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling di Kecamatan Kamparkiri Kabuoaten Kampar Riau, 80 km sebelah selatan Kota Pekanbaru kini jadi objek Ekowisata yang ramai dikunjungi.

Pekanbaru, Detak Indonesia--Kawasan hutan Suaka Margasatwa (SM) Bukit Rimbang Bukit Baling dan sembilan desa di Kecamatan Kamparkiri Kabupaten Kampar Riau belum lama ini dikonotasikan oleh penduduknya negeri yang belum merdeka walau negara sudah merdeka.

Kenapa demikian? Menurut warga di sini karena negerinya terisolir, lalu lintas hanya melalui transportasi Sungai Subayang. Listrik terbatas, jaringan telepon belum masuk, harga BBM selangit.

SM Bukit Rimbang Bukit Baling telah menjadi Pesona Destinasi wisata Favorit Riau 2019. Pariwisata alam ini sebagai salah satu yang diproyeksikan untuk menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 

Kabid Wilayah I SM Bukit Rimbang Bukit Baling BBKSDA Riau, Hansen

Pemerintah Daerah dan Balai Besar KSDA Riau menggarap ekowisata (ecotourism) sebagai langkah untuk potensi wisata di Riau dengan lebih serius. KSDA telah mengalokasikan bantuan kemitraan konservasi pada enam desa penyangga di sepanjang Sungai Subayang Kecamatan Kamparkiri Kabupaten Kampar, Riau dan akan terus melakukan pembinaan dan pendampingan masyarakat dalam pengembangan ekowisata. 

Apalagi dengan tengah dibangunnya jalur interpretasi yang menghubungkan antara Desa Tanjung Belit sampai dengan Desa Pangkalan Serai sebagai desa terakhir sepanjang kurang lebih 36 km, diharapkan dapat menjadikan Rimbang Baling makin dikenal sebagai destinasi wisata sampai ke manca negara.

Secara singkat definisi ekowisata (The International Ecotourism Society) adalah segala aktivitas wisata yang memiliki tanggungjawab kepada alam, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Bukan hanya berwisata di alam, prinsip yang diusung ekowisata harus memiliki beberapa manfaat seperti konservasi, pemberdayaan ekonomi lokal, menghormati kepercayaan masyarakat setempat, dan pendidikan lingkungan. Hal-hal tersebut yang membedakan ekowisata dengan wisata alam pada umumnya.

Konsep ekowisata ini di Riau sendiri belum terlalu banyak digeluti oleh pegiat pariwisata, kata Hansen Kepala Bidang (Kabid) Wilayah I Bukit Rimbang Baling KSDA Riau kepada Detak Indonesia.co.id dan RiauPagi.com dalam bincang-bincang Jumat (14/2/2020).

Namun menurutnya pertanian urban yang dimaksud adalah mempertemukan wisatawan dengan komunitas lokal untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, untuk mewujudkan kehidupan yang ramah lingkungan.

"Diperkirakan pada tahun 2025, kawasan Riau akan memiliki sektor pariwisata yang berkualitas mengingat keragaman budaya dan alam yang dimilikinya. Hal ini bisa terwujud asalkan berkomitmen kepada pengembangan pariwisata berkelanjutan. Bahkan hal ini bisa sangat berdampak pada aspek sosial ekonomi warga sekitar," ujar Hansen.

Hansen berpendapat, para pelaku wisata dalam menggarap ekowisata bisa melakukan proyek bisnis. "Ekowisata adalah contoh nyata bagaimana bisnis bisa bersahabat dengan alam. Konsep bisnis yang tepat diaplikasikan adalah yang berbasis pada komunitas, sehingga aset-aset dalam ekowisata bisa terus terjaga," katanya.

SM Bukit Rimbang Bukit Baling melalui Keputusan Gubernur KDH Tk. I Riau Nomor 149/V/1982 tanggal 21 Juni 1982 tentang Penunjukan Areal Hutan di sekitar Bukit Rimbang Bukit Baling sebagai kawasan Hutan Tutupan/Suaka Alam seluas 136.000 hektare. Bukit Rimbang Bukit Baling ditunjuk sebagai kawasan suaka alam dikarenakan areal hutan di sekitar Bukit Rimbang Bukit Baling memiliki fungsi suaka margasatwa dan sumber mata air yang perlu dibina kelestariannya, untuk kepentingan pengaturan tata air, pencegahan bahaya banjir, tanah longsor dan erosi.

"Rimbang Baling adalah hutan yang sangat kaya alamnya, setiap tempat memiliki keunikannya tersendiri. Sehingga prioritas setiap tempat pastilah berbeda-beda, misalnya masyarakat di kawasan sekitar hutan dengan berbukit," ujarnya.

Ia mengakui, konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) ini sudah mulai 'diadopsi' oleh pemerintah Indonesia, namun arahnya tetap di tangan pemerintah pusat. Kini, Rimbang Baling telah menjadi Pesona Destinasi wisata Favorit Riau. Sekarang telah dibangun jalur interpretasi yang menghubungkan antara Desa Tanjung Belit sampai dengan Desa Pangkalan Serai sebagai desa terakhir sepanjang kurang lebih 36 km.

"Kita tetap berupaya Rimbang Baling makin dikenal sebagai destinasi wisata sampai ke manca negara," harapnya.

Total panjang jalur interpretasi tersebut, yang masuk dalam kawasan SM Bukit Rimbang Bukit Baling adalah sepanjang 29,5 km dan jalur Kota Lama sampai Sungai Santi sepanjang kurang lebih 7 km, dengan puluhan jembatan gantung diharapkan akan mempermudah masyarakat luas untuk menikmati keindahan alam hutan tropis Sumatera.

Satwa langka liar di kawasan ini masih bisa ditemukan seperti rusa hutan dan kambing hitam. Rusa hutan ini populasinya tersebar di Desa Aur Kuning sedangkan kambing hitam di kaki-kaki bukit Rimbang Baling. Kambing hitam ini cukup unik, dia bisa memanjat bukit terjal disitu walaupun pijakannya sedikit dan tak jatuh.

"Ada rencana populasi rusa hutan di Desa Aur Kuning itu nantinya dilakukan penangkaran/dipeliharaliarkan oleh warga tempatan sebagai objek wisata bagi wisatawan untuk melihat-lihat keunikan satwa Rimbang Baling ini," tambah Hansen.

Jalur inipun menjadi akses darat masyarakat setempat yang sebelumnya hanya terbatas transportasi melalui jalur sungai, ditambah masuknya jaringan listrik PLN merupakan sarana dan prasarana yang sangat berpengaruh besar terhadap peningkatan ekonomi kerakyatan. Tahun 2020 ini, Balai Besar KSDA Riau telah mengalokasikan bantuan kemitraan konservasi pada 6 desa penyangga di sepanjang Sungai Subayang dan akan terus melakukan pembinaan dan pendampingan masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Begitu juga melalui APBD Kabupaten Kampar maupun Telkomsel ikut membantu anggaran untuk membangun dan memajukan ekowisata Rimbang Baling. 

Pihak PLN juga akan membantu membangun jembatan gantung.Telkomsel juga sedang survei akan menempatkan menara telkomsel agar sinyal telepon selular bisa terjangkau di desa terpencil lokasi wisata yang bakal berkembang ini. Pemkab Kampar juga sudah mengalokasikan anggaran puluhan miliar untuk pengembangan ekowisata Bukit Rimbang Bukit Baling ini.(azf)