PTPN V Riau Tingkatkan Nilai Tambah Jelang IP0

Sabtu, 29 Februari 2020 - 16:15:06 WIB

Dirut PTPN V Riau Jatmiko K Santosa (kanan), Plt Asdep Perkebunan dan Hortikultura Kemenko Perekonomian M Syaifullah (baju batik), Ketua Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade) Tolen Kateren (baju hijau), menyaksikan pelatihan pembuatan arang briket dari s

Pekanbaru, Detak Indonesia-- Direktur Utama PT Perkebunan Negara (PTPN) V Riau Jatmiko K Santosa dan jajarannya kini sedang meningkatkan nilai tambah di seluruh lini produksi sebagai langkah persiapan untuk menjadikan BUMN  perkebunan ini sebagai perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di bursa saham.

"Kami terus berinovasi untuk menurunkan biaya dan create nilai," kata Jatmiko di Jakarta, Minggu, saat bincang-bincang mengenai persiapan perusahaan untuk initial public offering (IPO) pada kuartal ketiga tahun 2020 seperti disampaikan Humas PTPN V Riau Risky kepada Detak Indonesia.co.id baru-baru ini.

Menurutnya, untuk usaha perkebunan erat hubungannya dengan sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perusahaan ke depan akan fokus untuk peningkatan hal itu melalui program peningkatan nilai tambah dan penghematan biaya.

Dijelaskan Jatmiko lagi bahwa target perubahan sementara ini fokus kepada 20 persen di bidang teknologi pengolahan sawit sesuai dengan tantangan industri 4.0.

"Melalui teknologi kami PTPN V Riau bisa melakukan perbaikan terhadap sumber daya manusia (SDM), benih, pupuk, recovery limbah, dan mengurangi tingkat kekotoran," kata Jatmiko.

Jatmiko menambahkan untuk menurunkan biaya produksi akan terus dilakukan penyesuaian mulai dari tebang pohon, biaya angkut, tolok ukurnya harus setara dengan perusahaan-perusahaan kelapa sawit lainnya di Riau.

"Dari total lahan PTPN V seluas 92 ribu hektare tidak sepenuhnya untuk kelapa sawit, di antaranya 10 ribu hektare untuk karet, 10 ribu hektare untuk fasos dan fasum, sedangkan 22.000 hektare lagi untuk aspek lingkungan yakni daerah tangkapan air (cathment area)," kata Jatmiko.

Luas lahan kebun sawit yang perusahaan usahakan sendiri seluas 40 persen, sedangkan 60 persen dikerjasamakan dengan pihak ketiga (pola plasma dan non plasma).

"Kalau lahan kami sendiri bisa menghasilkan sawit kualitas premium, saat ini menjadi tugas perusahaan agar yang dikelola pihak ketiga ini juga bisa menghasilkan kualitas serupa (premium)," jelas Jatmiko.

Jatmiko menambahkan guna meningkatkan kualitas produksi CPO, PTPN V segera menggunakan teknologi drone dimana sanggup merekam 2.000 hektare kebun PTPN V, plasma, dan non plasma.

Menurut Jatmiko, setiap hektare itu terdapat 164 pohon, dengan teknologi ini bisa dimonitor kondisi pohon-pohon yang ada. Dampak positifnya penggunaan pupuk dapat terkontrol serta aktivitas pekerjaan dapat termonitor seketika itu juga.

Jatmiko menambahkan saat ini PTPN V telah mengantongi lima sertifikat ISCC standar Uni Eropa, untuk menjamin ekspor ke negara-negara Eropa, sertifikasi ini melengkapi sejumlah sertifikasi lain, yakni ISPO dan RSPO yang sudah dimiliki perseroan.

Masalah aspek lingkungan, PTPN V sudah memanfaatkan gas metana hasil pengolahan untuk pembangkit tenaga listrik untuk dua pabrik, sehingga cangkang/tandan kosong (tqnkos) sisa pengolahan kelapa sawit dapat digunakan jadi arang briket.

"Dampak positifnya kami punya nilai tambah dari penjualan cangkang, serta aspek ramah lingkungan kami menggunakan pembangkit listrik dari gas metana ramah lingkungan," jelas Jatmiko.

"Limbah cair dari pengolahan CPO PTPN V mengandung banyak nutrisi dipergunakan untuk campuran pupuk,' jelas Jatmiko.

Dikatakan investasi yang ditanam untuk mengadopsi teknologi sesuai dengan konsep industri 4.0 nilai mencapai 2 juta dolar AS.

Target IPO paling cepat dilaksanakan kuartal 3 pada  tahun 2020 sambil menunggu kondisi makro dan pasar modal membaik menyusul isu virus Corona dan masalah lainnya.

Target produksi CPO adanya sejumlah perubahan diharapkan dapat mencapai 600 ribu ton dibandingkan sebelumnya 520 ribu ton.(nes)