Bengkalis Membaca Surga yang Terkunci

Ahad, 12 Juli 2020 - 09:28:40 WIB

Musa Ismail, seorang sastrawan/penulis, Kamis (09/07/2020). (Devon/ DetakIndonesia.co.id) 

Bengkalis, Detak Indonesia -- Musa Ismail adalah pria kelahiran Pulau Buru Karimun tahun 1971, selain seorang sastrawan/penulis, saat ini beliau juga bekerja di Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. Pada Kamis (09/07/2020) Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tuan Guru Haji Ahmad, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, mengundang beliau sebagai narasumber di program "Bengkalis Membaca".

Di dalam kesempatannya Musa Ismail pada Kamis pagi (09/07/2020), pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai,  membacakan buku secara langsung (online) di program "Bengkalis Membaca" yang berjudul "Surga yang Terkunci", buku tersebut adalah kumpulan cerpen yang merupakan salah satu buku karyanya sendiri.

Program "Bengkalis Membaca" merupakan program siaran langsung yang ditaja oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tuan Guru Haji Ahmad, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. 

Musa Ismail dan relawan "Bengkalis Membaca" Bunda Soleha dari Dispersip Bengkalis, Kamis (09/07/2020). (Devon/ DetakIndonesia.co.id). 

Program Bengkalis Membaca mempunyai slogan yaitu "Generasi Membaca, Generasi Keren". Kegiatan membaca yang dilakukan secara online ini merupakan salah satu antisipasi (pencegahan) dari mewabahnya virus Covid-19 yang ada di beberapa negara di dunia, salah satunya Indonesia. Program ini dapat diikuti oleh para pemirsa media sosial, di akun FB: Perpustakaan Bengkalis dan IG: Bengkalisku.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tuan Guru Haji Ahmad, Kabupaten Bengkalis, Suwarto dan relawan "Bengkalis Membaca", bunda Soleha beserta Tim Kreatif Dispersip Bengkalis, turut mendampingi langsung Musa Ismail saat membacakan buku di program "Bengkalis Membaca" yang berlangsung di ruang Pojok Baca BI Corner, Lantai 1 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tuan Guru Haji Ahmad, Kabupaten Bengkalis. 

Musa Ismail saat usai membacakan buku di program “Bengkalis Membaca” mengatakan, "Program Bengkalis Membaca yang ditaja oleh perpustakaan daerah Bengkalis ini, harus kita sambut dengan pikiran positif, bahwa ini merupakan program yang baik, yang bagus, yang perlu dikembangkan, program-program seperti ini adalah program mengarah ke masa depan, program yang mengambil inti-inti dari nilai kebudayaan, melalui teknologi-teknologi saat ini, jadi melalui teknologi dan penggabungan nilai kebudayaan ini, berarti kita telah ikut menyeimbangkan antara kebudayaan, nilai- nilai yang luhur dari budaya itu, antara nilai-nilai itu dengan teknologi yang terjadi saat ini", kata Musa.

"Teknologi yang terus berkembang saat ini, tidak bisa kita hentikan, tetapi nilai-nilai negatifnya bisa kita saring dengan nilai-nilai budaya, Bengkalis Membaca ini merupakan kegiatan yang menurut saya yang ikut menyaring nilai-nilai negatif dari suatu teknologi, jadi melalui program Bengkalis Membaca, kita telah menyontek, mungkin anak-anak kita, siswa, orang-orang dewasa, remaja, untuk turut serta dalam kegiatan membaca. Dalam kegiatan literasi seperti ini, gawai (hp, smartphone) yang dimanfaatkan itu bisa lebih berfaedah, itu yang patut kita perhatikan," jelas Musa. 

"Kemudian saya sebagai seorang sastrawan/penulis juga berharap, bahwa kegiatan ini terus dikembangkan, dan kegiatan seperti ini bisa saja kita buat di sekolah-sekolah, di lembaga-lembaga pendidikan. Kegiatan Bengkalis Membaca di sekolah-sekolah, sebagai perangsang bagi siswa-siswi, untuk terus membaca, menulis dan sebagainya, sehingga budaya literasi ini terus hidup di masyarakat kita. Jadi apa yang telah dilakukan oleh Perpustakaan Kabupaten Bengkalis ini, bisa menjadi contoh, bagi yang lain untuk terus mencari hal-hal baru, sehingga lebih bermakna bagi orang lain," tambahnya. 

Menjadi penulis itu, perlu proses yang panjang, dan proses yang panjang itu harus dilalui dengan kesabaran, dalam proses apapun jangan ambil jalan tol, kecuali memang berjalan di jalan tol, dalam proses menulis, proses mencari sesuatu, jangan mengambil jalan pintas, karena jalan pintas itu akan menjerat, penulis-penulis saat ini banyak terjebak ke hal-hal yang demikian. 

"Kita berharap kepada generasi muda yang ingin menjadi penulis, menghindari jalan pintas, jalan pintas ini adalah proses yang negatif, sehingga kita terjebak ke plagiasi atau sebagai pencuri naskah orang lain dan itu sangat tidak etis di mata kehidupan berliterasi yang baik.  Penulis juga punya etika, etikanya adalah etika menghormati dan menghargai pendapat dan tulisan-tulisan orang lain," tambah Musa.

Generasi muda yang ingin menjadi penulis, penulis apapun, menulis karya fiksi, menulis karya non fiksi, itu harus benar-benar memperhatikan masalah tersebut. 

"Kadang-kadang orang mengatakan, saya sulit menjadi penulis, saya tak bisa menjadi penulis, sebenarnya pendapat-pendapat seperti itu sebenarnya mengunci pikiran kita, sehingga menjadi negatif. Perlu saya tegaskan, Tidak ada orang yang tak bisa menjadi penulis, kalau dia mau dan terus mau, terus berlatih, InsyaaAllah dia akan menjadi penulis," ungkap Musa. (Devon)