Gerunggang Bisa Jadi Tanaman Unggulan Lokal Riau

Senin, 05 Oktober 2020 - 15:22:33 WIB

Pohon Gerunggang tumbuh subur di lahan gambut yang basah. Pohon ini bisa jadi tanaman unggul lokal Riau di lahan basah seperti di pesisir timur Riau yakni di Kabupaten Bengkalis. (ist)

Bengkalis, Detak Indonesia--Gerunggang (Cratoxylum arborescens) direkomendasikan oleh Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok sebagai salah satu tanaman rehabilitasi pada lahan gambut. 

Selain termasuk jenis pioner dan fast growing, gerunggang memiliki toleransi hidup pada lahan tergenang, memiliki nilai kalor rendah sekitar 16 kJ/g sehingga tidak mudah terbakar, serta termasuk jenis yang tahan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, gerunggang diyakini dapat berkontribusi mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap melanda lahan gambut di Indonesia. 

"Berdasarkan penelitian BP2TSTH Kuok, Kampar Riau diketahui jenis ini mampu menjaga kelembaban lahan gambut sekitar 80 persen dan suhu di bawah 30 derajat Celcius.

Gerunggang juga dinilai lebih dapat beradaptasi pada lahan gambut dengan tinggi muka air tanah hingga 20 cm di bawah permukaan tanah dibandingkan jenis lokal lainya seperti Mahang, Skubung dan bahkan dibandingkan jenis eksotik Acacia crassicarpa. 

Secara sosial, gerunggang juga mendapat dukungan masyarakat. Di Riau, misalnya, masyarakat Bengkalis dan Kepulauan Meranti sudah turun temurun familiar dengan gerunggang. Sesuai fakta lapangan bahwa  memanfaatkan dari kayu gerunggang  antara lain untuk kayu cerocok, bahan bangunan rumah, fornicer, palet dan lain-lain. Bahkan saat ini telah bermunculan masyarakat umum  bergerak menginisiatif membudidaya gerunggang dalam jumlah besar di lahannya masing-masing, antara lain dengan membentuk  kelompok-kelompok tani hutan untuk melakukan budidaya gerunggang yang terinspirasi oleh motivasi yang dilakukan LSM IPMPL,

Sejak tahun 2014 lalu, upaya yang dilakukan oleh LSM IPMPL dalam mendorong gairah masyarakat untuk menanam kembali lahan gambut mereka yang masuk pada kategori lahan kritis maupun tumpang sari dengan pohon karet. 

"Sejauh ini lahan gerunggang yang sudah tertanam oleh gerakan LSM IPMPL s/d tahun 2020 ini mencapai ratusan hektare, sementara Kelompok Tani Hutan binaann LSM IPMPL sebanyak  36 kelompok dengan jumlah lahan ribuan hektare  dengan ribuan orang anggota masyarakat dari empat kecamatan," ucap Solihin kepada awak media. 

Lebih lanjut ia menjelaskan jika masyarakat dengan Pemkab dan Pemprov betul-betul bersenergi sangat yakin dari budidaya gerunggang akan dapat menjadi sumber pemasukan daerah ke depannya nanti, bahkan gerunggang bisa menjadi tanaman unggulan lokal bumi lancang kuning. 

"Kami melihat hal ini akan segera dapat terwujud oleh karena Gubernur Riau telah meletakkan Kadis LHK Riau orang seperti Ir Maamun Murod yang begitu cepat tanggap turun lapangan ketika mengetahui potensi gerunggang yang luar biasa. Selain itu kita juga berharap senergisitas ini juga diikuti oleh pemegang kebijakan baru di Pemkab Bengkalis yaitu Pj Bupati Bengkalis Syahrial Abdi untuk dapat menggunakan kewenangannya bagaimana bisa membantu masyarakat yang punya keinginan membudidaya gerunggang akan tetapi mereka tidak punya kemampuan dalam banyak hal. Jika saja ada solusi, saya yakin khususnya Bengkalis lahan-lahan selama ini menjadi sumber mala petaka kebakaran lahan dan hutan menjadi hijau kembali," ujar solihin.


 
Motivasi yang terus dihembuskan oleh Solihin dan kawan dari LSM IPMPL kepada masyarakat yang serius ingin membudidaya gerunggang, walau masyarakat belum mendapat apa-apa bantuan dari pemerintah  

"Kita terus berbuat dan bergerak tanpa henti bersama pohon Gerunggang, jangan tanya apa yang diberikan Negara kepada kita, tapi tanyakan apa yang kita sumbangkan untuk negara demi keberlangsungan anak cucu kita," katanya. 

"Hal yang perlu menjadi perhatian bersama, selain bernilai ekonomi sangat tinggi, menanam pohon Gerunggang berarti ikut serta memulihkan kembali lahan-lahan gambut yang telah rusak menjadi lestari kembali, sehingga akar dari kayu Gerunggang dapat mengikat air dalam jumlah besar, membuat lahan-lahan senantiasa dalam kondisi basah untuk sebagai perisai terjadinya Karhutla yang sebelumnya membuat anak-anak  saudara/i menderita karena bencana asap akibat karhutla," tutup Solihin.(*/di)