Dr Syahganda Nainggolan Luncurkan Buku Pemikiran Sang Revolusioner

Jumat, 27 November 2020 - 22:51:50 WIB

Peluncuran buku karya intelektual aktivis yang dipenjara Dr Syahganda Nainggolan berjudul Pemikiran Sang Revolusioner di Sekretariat KAMI Nasional Jalan Kusuma Atmaja 76 Menteng Jakarta Pusat Jumat petang (27/11/2020). (Aznil Fajri/DetakIndonesia.co.id)

Jakarta, Detak Indonesia--Tepat di hari ulang tahunnya ke-55, 27 November 2020, intelektual aktivis Dr Syahganda Nainggolan meluncurkan buku berjudul  "Pemikiran Sang Revolusioner."

Buku independent society ini diluncurkan di Sekretariat Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Nasional, Jalan Kusuma Atmaja 76 Menteng Jakarta Pusat, Jumat petang (27/11/2020) di mana saat ini Syahganda masih ditahan di penjara di era Pemerintahan Jokowi sejak Oktober 2020. Di era Orde Baru Syahganda juga pernah dipenjara. Oktober 2020 Syahganda bersama teman seperjuangannya Jumhur Hidayat ditangkap aparat terkait UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) terkait unjukrasa buruh dan mahasiswa menolak UU Cipta Kerja yang disahkan Pemerintahan Jokowi. 

Acara peluncuran buku itu diisi dengan sambutan Presidium KAMI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, Prof Dr M Din Syamsuddin. Kemudian zoom meeting Pembicara Hariman Siregar (aktivis senior), Dr Margarito Kamis (ahli hukum tata negara/pengamat politik), Rocky Gerung (akademisi/filsuf), dan Habib Rizieq Shihab. 

Dalam sambutannya via zoom meeting, dari Bogor Habib Rizieq Shihab menyampaikan meminta Pemerintah Jokowi membebaskan semua tahanan baik ulama, aktivis, dan lain-lain. 

Sementara aktivis senior Hariman Siregar mengatakan dia kenal Syahganda Nainggolan sebagai aktivis sejak kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1984-1989. Di ITB Syahganda menjadi teman seperjuangan Fajroel Rachman juru bicara Presiden Jokowi dan Pramono Anung yang kini menjabat Sekretaris Kabinet. 

Generasi ini bisa dikatakan didikan terakhir aktivis ITB 1978 seperti Rizal Ramli, Indro Tjahyono, Al Hilal, Jusman SD, Joseph Manurung, Irzadi Mirwan,  dan lain-lain. 

Syahganda dalam bukunya itu menulis antara lain Anak-anak Revolusi. Dari Revolusi mental menuju revolusi sosial, sebab-sebab revolusi, mengapa revolusi mental gagal?, Demokrasi dan kegagalan rezim Jokowi, dan lain-lain. 

Menurut Syahganda, Jokowi tergantung pada figur militer dalam kabinetnya dan memiliki keinginan sendiri membungkam demokrasi.

"Tentu saja kita melihat berbagai figur eks-tentera garis keras yang membayangi Jokowi dalam urusan demokrasi saat ini. Meskipun seringkali hanya institusi kepolisian seolah-olah menjadi garda depan dalam upaya membungkam aktivitas demokrasi dan hak-hak asasi manusia tersebut," jelas Syahganda. 

Ancaman terhadap Gatot Nurmantyo  dan KAMI tulis Syahganda, muncul setelah insiden atau tragedi "Makam Kalibata" sebuah ziarah kubur para jenderal purnawirawan TNI kepada Tujuh Pahlawan Revolusi, untuk mengenang kekejaman PKI atas pembunuhan jenderal-jenderal itu pada 1965 yang dieksekusi secara biadab. 

Ziarah 1 Oktober 2020 itu dihadang demonstran diperkirakan berbayar serta adanya upaya pelarangan dari aparatur negara, khususnya yang terekam di media ketika seorang perwira militer mengatur-atur mantan seniornya tersebut. 

Menurut Syahganda lagi, belum sampai dua bulan KAMI berdiri, KAMI telah menjadi kekuatan rakyat yang mengerikan bagi rezim berkuasa. Sebelum Moeldoko mengancam KAMI,  Megawati dari kubu Jokowi lainnya juga mengkritik tokoh-tokoh KAMI sebagai kaum ambisius untuk calon presiden ke depan. 

Sementara Rocky Gerung menyebut adanya hubungan poros Menteng (KAMI) dan Petamburan. Rocky juga menyenggol masalah benur/lobster.(azf)