Menjadikan Perikanan sebagai Tulang Punggung Perekonomian Riau

Kamis, 16 September 2021 - 16:40:34 WIB

Ilustrasi

Oleh: Landa Trinaldo APi MSi
Wakil Sekretaris PWNU Riau

1. Para ulama sudah memberikan perhatian besar terhadap hukum-hukum yang berkenaan dengan hewan air.  hewan air (ikan) ini bermanfaat bagi manusia karena kandungan omega 3,6 dan 9 yang sangat tinggi, sebagai mana kita ketahui bahwa omega tersebut sangat penting bagi manusia untuk pertumbuhan otak (kecerdasan), penglihatan, pertumbuhan janin, bahkan WHO telah menetapkan rekomendasi tentang asupan omega 3, EPH, DHA, omega 6 dan 9 sebesar 15-30 persen dari kebutuhan energi total. 

Hewan laut ini sangatlah istimewa, di antara keistimewaannya jika dibandingkan dengan hewan lain  adalah dapat dipotong tanpa membaca bismillah untuk ikan kecil (teri) bangkainya halal dimakan. (Qs Almaidah 96). Bukti kebenaran Islam bahwa hal-hal yang bermanfaat bagi kita maka Allah pasti akan permudah buat manusia. Lain halnya dengan babi dan anjing, dagingnya sama sekali tidak bermanfaat bagi manusia (sama sekali tidak mengandung omega 3,6 dan 9, banyak mengandung zat berbahaya dan sumber penyakit. Oleh sebab itu Allah mengharamkannya. Pada usia lanjut ini kita dianjurkan makan ikan karena dapat mencegah plak dari pembuluh darah dan membuat kita sehat.

2. Dahulu kala Bagansiapi-api dikenal sebagai penghasil ikan terbesar di dunia. Ikan Terubuk banyak kita jumpai di Kabupaten Bengkalis. Namun itu semua hanya tinggal sejarah. Bila kita bepergian dengan kapal laut ke Kabupaten Siak, Meranti, Inhil, Rohil hampir sebagian besar wilayah pesisir  kita melihat hamparan yang kosong, hanya ditumbuhi oleh pepohonan dan semak belukar, berbeda dengan daerah Jawa hampir dipenuhi oleh tambak.

Masyarakat pesisir Riau tidak lagi dapat menggunakan lahan sebagai pertanian dan perkebunan karena sebagian sudah terintrusi air laut, pohon kelapa/sawit mati akibat intrusi yang pada akhirnya tidak bisa bercocok tanam. Pada sektor pertanian dan perkebunan masalah ini menjadi kelemahan (weaknesses) bahkan menjadi ancaman (threats), namun di sektor kelautan dan perikanan hal ini menjadi peluang (opportunities) dan kekuatan (strengths). 2-3 tahun yang lalu ketika saya Kepala Bidang di Perikanan saya bersama Prof Ir Irwan Efendi MSc, studi banding ke Bantul dan Banyuwangi melihat aktifitas pesisir yang mereka gunakan untuk berbudidaya udang vaname (udang putih/kelong), dengan ukuran tambak 40x60 meter mereka bisa panen 25 ton (Rp1,25 milyar) per sekali panen (3 bulan), jika kita bandingkan dengan sawit di Riau per 2 ha hanya menghasilkan 5 juta/bulan, tambak 1/4 ha dapat menghasilkan 1,25 M/3 bulan dengan asumsi harga udang/kg Rp50.000. Jika ini kita jalankan rasanya petani-petani kita akan berdasi seperti di Banyuwangi dan Bantul. 

Bagaimana dengan Modal? Satu ekor bibit udang vaname hanya Rp60/ekor sudah sampai Riau. Bila jumlah udang rata panen nanti 50 ekor/kg maka modal kita hanya 50x60 = Rp3.000. Pakan? Perkg panen hanya butuh 1,6 kg harga pakan per kg Rp15.000. Jadi modal bibit dan pakan hingga panen perkg Rp24.000 setelah panen kita bisa jual udang Rp50.000-Rp75.000/kg. Luar biasa. Kami juga akan bekerja sama dengan petani di Yogya dan Jatim bahwa jika panen udang dengan ukuran 40x60 meter tersebut di Riau kelak di bawah 20 ton mereka sanggup tidak dibayarkan digaji mereka. Begitu keahlian mereka. Mengingat di sebagian pesisir Riau belum disentuh oleh perikanan. Akan tidak mungkin kelak perikanan menjadi tulang punggung perekonomian Riau ke depan.

KESIMPULAN:
1. Allah pasti mempermudah dan menghalalkan hal-hal yang bermanfaat dan menyehatkan bagi kita dan mengharamkan hal-hal yang tidak menyehatkan/bermanfaat. Makan ikan sangat bermanfaat dan halal surat Almaidah 96. 

2. Sebagian wilayah pesisir Riau belum tersentuh dianggap suatu ancaman di sektor pertanian/perkebunan namun di sektor perikanan hal ini menjadi peluang yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dapat meningkatkan taraf hidup nelayan tentunya dengan melibatkan stakeholder dan The Right Man and The Right Place di level bidang dan Kepala Satker. (*/rls)