Di masa Pandemi, sedang Booming Bunga-bunga Hutan di Tanah Karo

Rabu, 22 September 2021 - 13:42:12 WIB

Di masa pandemi Covid-19 sekarang, sedang booming laris manis bisnis bunga-bunga hutan di Kabanjahe Kabupaten Tanah Karo, Sumut. Salah seorang warga Kabanjahe, Loina Br Brahmana menangkap peluang usaha Kriya bisa meraup Rp6 juta per bulan. Anda juga pasti

Kabanjahe, Detak Indonesia--Merupakan karya seni yang cara pembuatannya menggunakan tangan tanpa mengurangi fungsi dan nilai estetika yang terkandung dalam karya seni tersebut. 

Oleh sebab itu seni kriya dapat dikatakan sebuah karya seni yang sempurna karena tidak hanya pemenuhan pembuatan dari karya seni tersebut tetapi karya seni kriya juga sangat memperhatikan keindahannya hal tersebut dijelaskan oleh seorang pengusaha Rumah Nande yakni Loina Br Brahmana pada Selasa (21/09/2021).

Loina br Brahmana merupakan seorang ibu rumah tangga warga Jalan Siki Gang Darma No. 4 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Selain mengurus suami dan dua orang anaknya Loina, kesehariannya menggeluti usaha Kriya di masa pandemi ini.

Loina br Brahmana menjelaskan awal mula usaha terbentuk dimasa pandemi yang sedang booming bunga-bunga hutan di Tanah Karo. 

"Saat itu saya terpikir sepertinya bisnis ini cukup menjanjikan. Maka pada 17 Juli 2020 saya membuat beberapa bunga kokedama untuk dipasarkan secara luas dan alhasil karena bentuknya berbeda dari kebanyakan, banyak yang suka. Pada Desember 2020 trend bunga mulai meredup di kalangan masyarakat Karo," ujarnya. 

"Sehingga saya membuat pot kokedama dan terus sebagai pilihan. Saya tak menyangka permintaan terus ada sehingga saya menambah beberapa produk lagi melihat peluang ini cukup menjanjikan sebagai usaha seorang ibu rumah tangga. Pada bulan Maret 2021 saya sudah mendaftar sebagai salah satu penggiat UKM (Usaha Kecil Menengah)," tambahnya. 

Kebetulan waktu itu masih di bulan Maret 2021 diadakan pameran UMKM di Taman Hutan Raya Berastagi, jadi dirinya mengikutinya dengan tim yang dinamai Karo Kolaborasi, sehingga dirinya memutuskan membuat merek untuk produk itu yaitu "Rumah Nande" dengan desain rumah adat dan ibu yang menenun. 

Lambang tersebut dibuat bermaksud karena ingin mengembalikan budaya dahulu disaat ibu - ibu bekerja di ladang dan pulang ke rumah, malamnya mereka mbayu atau menenun. Jadi beberapa yang bekerja mereka mengerjakan pekerjaannya, malamnya mereka bisa membuat produk - produk yang sudah ditentukan. 

"Saya berharap ke depannya Rumah Nande menjadi tempat yang selalu dirindukan bagi para ibu ibu dan warga Karo khususnya. Dan di kesempatan ini saya ingin sampaikan agar pemerintah selalu mendukung produk lokal dari Tanah Karo, tekhusus untuk produk Rumah Nande supaya dipakai sebagai dekorasi di kantor atau di instansi untuk meningkatkan produksi dan mendukung hasil karya dari daerah sendiri," kata Loina.
 
Loina menjelaskan puji Tuhan saat ini hasil penjualannya rata-rata perbulannya sudah mencapai Rp6.000.000 (Enam juta rupiah) kebanyakan pembeli dari kaum ibu ibu.
 
Penjualan produknya dilakukan secara online dan offline, serta titip jual di beberapa tempat yang ramai di kunjungi serta daerah wisata seperti Madu Efi.

Produk dibandrol mulai dari harga Rp15.000 - Rp200.000, untuk harga bersaing dengan harga produk luar. Dan setiap produk dijual ada yang untuk sovenir ada yang homedecor seperti pot bunga, turus, coverpot, vas kaca tali goni, parfum kopi, hiasan dashboard mobil.

Lanjutnya lagi, sudah banyak pengalamannya di perjalanan selama menggeluti usaha Kriya ini selain nilai materi tapi juga sudah beberapa kali mengikuti pelatihan dari Dinas Koperasi dan Kominfo Sumut dalam peningkatan kwalitas produk serta promosi produk melalui digital marketing. 

"NIB sudah keluar dan HKI sedang dalam proses pengurusan," tutup Loina semangat kepada wartawan. 

Menurut data yang dihimpun bahwa saat ini meski produk kriya bertahan di tengah pandemi, namun selama COVID-19 terjadi penurunan pendapatan sekitar 3-5 persen di skala Nasional. Jelas penurunan pendapatan dari sektor ekonomi kreatif tersebut berdampak cukup besar pada perekonomian tanah air. Produk kriya Indonesia merupakan subsektor ekonomi kreatif yang masuk dalam tiga kontributor terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional.(stm)