Pertanggungjawaban kepada publik dalam kekuasaan yang telah dipercayakan kepada Benny Rhamdani itu ditunjukkan dengan pengelolaan pelayanan yang transparan. Kemanusiaan menjadi rute dan kompasnya, ia berpegang pada kebenaran-kebenaran universal tersebut. Kerap jika aturan yang dirasa implementasinya menyulitkan, atau tidak pro PMI, Benny Rhamdani tak jarang menawarkan alternatif. Memberi layanan yang menyederhanakan kerumitan, tanpa menabrak aturan secara fundamental.

Karena kepemimpinan yang populis, Benny Rhamdani tak menerima jatah untuk pengawalan seperti Ajudan pribadi dari TNI atau Polri. Padahal itu menjadi hal yang lumrah karena ia sebagai pejabat publik yang diatur dalam protokoler negara. Benny sangat marah ketika melihat sebuah produk aturan diterapkan secara kaku, birokratis, dan cenderung mengesampingkan hak-hak pekerja migran Indonesia. Baginya pemimpin adalah budak rakyat, babu yang harus mengabdi pada rakyat. Bukan sebaliknya.

Berkat Benny Rhamdani

Benny Rhamdani dinilai berhasil berkat kombinasi empati hati yang luar biasa terhadap PMI. Kontribusinya yang besar adalah intelektualismenya yang kuat, cinta yang mendorong untuk merangkul, mengalami, dan hatinya mengalir kepada PMI. Ini menjelaskan sosok seorang Benny Rhamdani yang tak terbantahkan, berkomitmen, merasakan segala sesuatu di masyarakat khususnya PMI untuk mencapai hal dibutuhkan.

Sebagai politisi yang berkiprah di tingkat nasional, Benny Rhamdani juga dikenal sebagai sosok yang murah hati, pemaaf, dan tak sungkan untuk meminta maaf. Jika ada kekurangan dan kesalahan kebijakan yang merugikan publik, ia pasti manut untuk kepentingan rakyat. Kekhasan inilah yang mulai memudar dalam etika pergaulan pejabat publik kita. Perilaku ini sangat berarti untuk kita menjalani kehidupan. Pedoman hidup seorang Benny Rhamdani bersandar pada kesetaraan, dan kemanusiaan.