BONO JADI KAWASAN EKONOMI KHUSUS PARIWISATA

2017, Pemerintah Kucurkan Dana Promosi Wisata Riau Rp100 Miliar

Di Baca : 2213 Kali
Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif DR Arief Yahya (dua kanan), Gubernur Riau Ir H Arsyadjuliandi Rachman MBA (kanan), Ketua Yayasan Melayu Nusantara (YMN) Riau Jakarta Ny Emi Rachman (dua dari kiri) saat menghadiri acara Pesona Melayu Bumi Lancang Kuning
[{"body":"

Jakarta, Detak Indonesia<\/strong>--Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI DR Arief Yahya menegaskan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif RI 2017 ini mengucurkan dana untuk promosi pariwisata Riau sebesar Rp25 miliar ditambah dengan APBD Riau Rp58 miliar.<\/p>\r\n\r\n

"Dan tadi sudah saya cari lagi dan dapatlah dengan totalnya sekitar Rp100 miliar untuk promosi pariwisata Riau 2017," kata Arief Yahya kepada Detak Indonesia.com<\/em> usai Menteri menghadiri acara Pesona Melayu Bumi Lancang Kuning yang ditaja Yayasan Melayu Nusantara (YMN) Pimpinan Ny Emi Rachman di JW Marriot Hotel Kuningan Jakarta Selatan, Jumat malam (17\/3\/2017)<\/p>\r\n\r\n

Sebelumnya menurut Arief Yahya dalam pidato sambutannya, untuk memilih icon pariwisata, icon wisata itu harus merupakan destinasi yang kelas dunia. Melalui perdebatan panjang bertemu Gubernur Riau Ir H Arsyadjuliandi Rachman MBA berkali-kali, untuk Riau Menyapa Dunia ini telah diputuskan icon untuk pariwisata Riau adalah Bono, dan ini akan dipromosikan secara besar-besaran.<\/p>\r\n\r\n

Menurut Arief Yahya, pertama, pihaknya akan membentuk kawasan ekonomi khusus pariwisata (KEKP) Bono di Telukmernati Kabupaten Pelalawan Riau. Atraksinya adalah surfing (berselancar) di Sungai Kampar. Dan surfing sungai ini hanya ada dua di dunia pertama di Bono Pelalawan Riau, dan kedua di Sungai Amazone, Brazil di Amerika Selatan.<\/p>\r\n\r\n

Kalupun ini bersaing, kata Arief yahya, ini jauh dan tidak saling membunuh. Kedua, aksesibilitas atau pencapaian ke lokasi objek wisata, kekurangan di Riau adalah airline (penerbangan) nanti ini akan dibantu tanggal 30 dan 31 Maret 2017 ini akan dikumpulkan Dirjen Udara dan Dirjen Laut, Dirjen Darat, Menteri Perhubungan, Menteri PUPERA dan silakan rekan-rekan dari Riau ikut Rakornas Pariwisata di Jakarta untuk membahas percepatan pembangunan pariwisata Riau ini.<\/p>\r\n\r\n

Dan ketiga, untuk Amenitas membuat resort, hotel bayangkan seperti membuat Nusa Dua Bali. Nusa Dua Bali itu luasnya 350 hektare. Dan Kemenpar telah disediakan tanah oleh Gubernur Riau dan Bupati Pelalawan di Telukmeranti seluas 600 hektare, sekitar dua kali Nusa Dua Bali. Atau sama besarnya yang diberikan oleh rekan-rekan Pemprov Sumut di Danau Toba itu luasnya 603 hektare.<\/p>\r\n\r\n

Di Telukmeranti ini, kata Arief Yahya akan dibangun tourism resort yang kira-kira temanya mirip dengan Danau Toba. Danau Toba Eco Tourism dengan atraksi utamanya adalah Danau Toba. Dan Bono kira-kira Eco Tourism atau Eko Wisata dengan atraksi utamanya adalah surfing di Bono Sungai Kampar itu.<\/p>\r\n\r\n

"Jadi kalau anda susah membayangkan, Bali itu dulu pertama dikenalkan dengan surfing di Pantai Kuta dan jadilah Bali yang sekarang ini. Satu dipopulerkan yang lain akan ikut," kata Arief Yahya.<\/p>\r\n\r\n

Terakhir tentang Pesona Melayu Bumi Lancang Kuning itu adalah budaya. Ini ilmunya dulu dibahas. Evolusi industri itu ada empat. Pertama, agricultural (pertanian). Kedua, manifacture setelah revolusi industri. Ketiga, era informasi. Dan keempat namanya cultural industri atau bahasa Indonesianya ekonomi kreatif.<\/p>\r\n\r\n

Cultural industri atau ekonomi kreatif itu adalah gabungan cultural values dan commercial values. Itulah ekonomi kreatif.<\/p>\r\n\r\n

Lima perusahaan dengan values (nilai) tertinggi di dunia sekarang kelima-limanya adalah perusahaan ekonomi kreatif. Negara yang sangat maju dalam ekonomi kreatif contohnya adalah Korea.<\/p>\r\n\r\n

Riau itu kata Menteri, hebat. Dia pusat budaya Melayu. Mungkin rekan-rekan Malaysia dan Singapura mengakui ini. pariwisata itu juga culture industri sekaligus ada comersial values-nya. Culture values ini kalau semakin dilestarikan akan semakin mensejahterakan. Jadi mungkin teman-teman tak sadar di Riau hebat sekali tapi tak tahu kehebatannya, ini harus diklarifikasi.<\/p>\r\n\r\n

Arief Yahya menjelaskan pihaknya sudah melakukan riset kenapa orang berwisata ke Indonesia. Sekitar 60 persen wisman datang ke Indonesia itu karena cultere-nya (kebudayaan). Sekitar 35 persen karena nature\/kekayaan alam Indonesia. Dan hanya 5 persen ingin menikmati wisata man made (buatan manusia). Man Made ini contohnya sport tourism mise, meeting insentive.<\/p>\r\n\r\n

"Saya ingin katakan, 60 persen ini (budaya) Riau sudah punya modal besar, tapi tidak di-capitaies istilahnya, tidak dimanfaatkan. Padahal dunia sudah membuktikan kalau budaya ini di-capitalies-kan nilainya luar biasa besar," kata Arief yahya lagi.<\/p>\r\n\r\n

Budaya bisa digunakan untuk ekonomi kreatif. Pesan Presiden adalah agar gunakan koreografer nasional, tidak boleh menurut kita, harus menurut customernya. Kemarin sudah diingatkan kalau bikin acara dan mengundang orang di luar kita jangan kita egois, nyanyinya lagu kita melulu. Itu tak boleh. Kecuali hanya untuk kumpul-kumpul, reuni bolehlah.<\/p>\r\n\r\n

Tapi ketika mau di-capitalies, ada commercial values kita harus sangat mendengarkan customer kita. Koreografernya harus nasional kalau perlu global. Disigner baju harus nasional dia yang mengerti pasar, jangan egois, bukan kita yang mengerti pasar.<\/p>\r\n\r\n

Punya tenun Siak misalnya bagus sekali dibuat dengan cara kita bukan salah, tapi tidak sempurna. Itu namanya hanya menggunakan comparative advantage kita, belum melihat competitive-nya.<\/p>\r\n\r\n

Kemudian ranger music atau komposernya harus level nasional, isi pesan Presiden. Jadi harus ikut saja jika beliau ada acara koreografernya harus kaliber Nasional, kalau bisa global.<\/p>\r\n\r\n

Terakhir Arief Yahya menyoroti kuliner Riau. Kuliner itu di ekonomi kreatif sumbangannya besar. Ini lagi-lagi orang Riau (sorry ya) tidak menyadari kehebatannya. Padahal kalau di-capitalies, dia nomor satu. Sumbangan kuliner terhadap ekonomi kreatif di Indonesia 32 persen. Nomor satu kuliner, nomor dua fashion. Anda punya kuliner anda punya fashion. nomor tiga baru craft ini kerajinan tangan. Nomor empat orang Riau orang Melayu punya kepustakaan, perpustakaan. Ada pantun-pantun ini kuat ini.<\/p>\r\n\r\n

Bahasa tulis orang Melalyu itu kuat sekali. Mengapa akhirnya bahasa Melayu menjadi bahasa Nasional karena kekuatan tulisannya. Riau punya nomor satu, punya nomor dua, nomor tiga (craft) Riau tak pasti, nomor empat Riau punya. Top Vive nomor lima architecture design architecture. Nomor satu, dua, dan empat minimal Riau punya. Tapi maaf sekali lagi terutama para ibu-ibu di Riau, belum berorientasi ke market.<\/p>\r\n\r\n

"Saya sangat sarankan kuliner itu sumbangannya 32 persen. Untuk pariwisata spanding orang salah satu terbesar itu di kuliner. Satu wisman itu spandingnya 1.200. Minimal dia 400 dolar AS hampir Rp5 juta untuk kuliner. Mohon sekarang diarahkan ke orientasi market," kata Menteri Arief Yahya.<\/p>\r\n\r\n

Menurut Menteri nanti pihaknya akan ikut mendorong agar kuliner dan fashion Riau ini jadi maju.(azf)<\/strong><\/p>\r\n\r\n


\r\n <\/p>\r\n","photo":"\/images\/news\/bopbm\/17-menpar-ri-ya.jpg","caption":"Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif DR Arief Yahya (dua kanan), Gubernur Riau Ir H Arsyadjuliandi Rachman MBA (kanan), Ketua Yayasan Melayu Nusantara (YMN) Riau Jakarta Ny Emi Rachman (dua dari kiri) saat menghadiri acara Pesona Melayu Bumi Lancang Kuning di JW Marriot Hotel Kuningan Jakarta selatan, Jumat malam (17\/3\/2017).(Aznil Fajri\/Detak Indonesia.com)"}]






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar