PERLU DIANGKAT MELALUI STUDI KELAYAKAN DAN DIREALISASIKAN PEMBANGUNANNYA

Romusha dan Jalur Kereta Api Jepang, Potensi Terpendam Pariwisata Riau

Di Baca : 3229 Kali
Camp Romusha di jalur pembangunan rel kereta api (KA) Pekanbaru-Sijunjung Sumbar dibangun tahun 1944-1945 oleh tentara Jepang dengan mempekerjakan tawanan perang Sekutu terdiri dari Belanda, Inggris, Australia dan Romusha dari Pulau Jawa. (ist)

Kurangnya bahan makanan membuat para pekerja paksa ini harus mencari jalan keluar sendiri. Tikus yang berkeliaran di lokasi kamp merupakan salah satu pilihan guna mengatasi kekurangan ini. Diceritakan juga bahwa suatu waktu dokter POW melihat ayam yang berada di kamp nampak sehat dan memperoleh makanan yang cukup. Ternyata ayam ini memakan burayak dari WC barak. Diambil kesimpulan logis bahwa kalau burayak ini cocok untuk ayam tentunya juga cocok untuk manusia. Burayak inipun (maaf) kemudian menjadi pilihan menu berprotein yang diberikan kepada pasien dan ternyata mampu menyembuhkan mereka. Burayak ini juga digunakan sebagai disinfektan yang mujarab. 

Di sini nampak harkat kemanusian para romusha dan POW ini benar-benar direndahkan secara brutal oleh pihak yang sedang memenangkan peperangan. Lokasi Kamp secara menyeluruh (buah) serta sketsa detail dari Kamp 7 Lipat Kain dan Kamp 9 Logas adalah sebagaimana terlihat pada sketsa yang dibuat oleh salah seorang POW Sekutu. Spoiler for Peta Camp 9 Logas: Peta Kamp 9, Logas

Pemancangan “paku emas” yang menandai selesainya pembangunan jalan kereta api ini dilakukan pada tanggal 15 Agustus 1945 di Pekanbaru oleh komandan tentara Jepang. Dan tepat pada tanggal itu pula Jepang sebenarnya sudah kalah perang. Sekutu menang Perang Dunia II. Jalan kereta api ini hanya sempat digunakan untuk membawa para POW dan tentara Jepang yang kalah perang ke Pekanbaru. (*/rls/di)






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar