MIGAS DAN CPO HARGANYA MELAMBUNG TINGGI

Indonesia Ketiban Untung Perang Rusia - Ukraina

Di Baca : 867 Kali

Jakarta, Detak Indonesia - Indonesia malah ketiban untung saat perang meletus antara Rusia lawan Ukraina. Ini dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Dilihat penerimaan dan pengeluaran, dampaknya netnya kurang lebih positif. Kalau migas (minyak dan gas bumi)," kata  Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan dalam program PROFIT CNBC Indonesia, Rabu (2/3/2022).

Perang yang berlangsung sejak 24 Februari 2022, mendorong kenaikan harga minyak dunia sampai melewati US$ 100 barel. Beberapa komoditas lain juga alami kenaikan seperti batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), nikel, dan lainnya.

Dalam dokumen Nota Keuangan dan APBN 2022, setiap kenaikan harga minyak rata-rata US$ 1 dari asumsi akan berdampak positif (dengan catatan seluruh asumsi lainnya dianggap tetap atau ceteris paribus).

Berdasarkan hitungan Tim Riset CNBC Indonesia, belanja negara akan naik Rp2,6 triliun tetapi pendapatan negara naik lebih tinggi yaitu Rp3 triliun. Dengan demikian secara neto ada 'keuntungan' Rp400 miliar.
Asumsi harga minyak dalam APBN 2022 adalah US$ 63/barel dan saat perang Rusia vs Ukraina harganya naik US$ 100/barel. Jika rata-rata harga minyak sepanjang tahun ini bisa US$ 100/barel, maka ada selisih US$ 37/barel.

Kalau setiap kenaikan US$ 1 bisa menambah pundi-pundi kas negara sebesar Rp400 miliar, maka selisih US$ 37/barel akan membuat APBN yang dikelola Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati 'cuan' Rp14,8 triliun.

Rinciannya pendapatan negara akan naik sebesar Rp111 triliun dan belanja negara akan meningkat Rp96,2 triliun.

Keuntungan tersebut belum termasuk dampak dari lonjakan harga komoditas internasional selain migas. Menurut Febrio, mengacu pada kondisi 2021, dampak ke penerimaan dari hal tersebut juga besar. Berdasarkan data Refinitiv, pada Rabu (3/2/2022), harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup melambung tinggi 46,01 persen ke level US$ 446/ton. Ini menjadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.

Dengan ini, sejak awal tahun (ytd), harga si 'batu hitam' sudah meroket to the moon 193,90 persen. Adapun dalam setahun terakhir, harga batu bara sudah mengangkasa 425,32 persen. Di tambah dengan kenaikan harga komoditas lainnya, hal ini akan mendorong penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan bea keluar. 

"Kenaikan harga komoditas itu kan dampaknya positif bagi APBN," ujarnya.

Pemerintah akan terus memantau perkembangan terkini dari kondisi ketegangan geopolitik tersebut. Sehingga tidak mengganggu tujuan untuk mempercepat pemulihan ekonomi tanah air.

"Pemerintah kan tidak pernah mencari untung. Pemerintah melihat ini agar risiko APBN terjaga. Tujuannya pemulihan ekonomi tetap terjaga dan masyarakat perlu kita lindungi," pungkasnya sebagaimana dilansir cnbc indonesia.com. (*/di)






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar