HARI JADI KOTA DUMAI KE-18

Investasi Meningkat di Dumai Riau, Tapi Naker Lokal Banyak Menganggur

Di Baca : 2731 Kali

[{"body":"

Dumai, Detak Indonesia<\/strong>--Kota Dumai Provinsi Riau, Kamis (27\/4\/2017) genap berusia 18 tahun. Di Hari Jadinya yang ke-18 ini beberapa keberhasilan pembangunan sudah nampak menggeliat terutama sejumlah investasi.<\/p>\r\n\r\n

Dalam acara Safari Jurnalistik rombongan wartawan PWI Riau ke Dumai pada 14-15 April 2017 lalu, sejumlah wartawan dijamu oleh Walikota Dumai Zulkifli As di kediaman dinasnya.<\/p>\r\n\r\n

Menurut Walikota Dumai Zulkifli As, sejumlah investasi besar terus berkembang di Dumai terutama di kawasan Pelintung dan Purnama. Ada sejumlah pabrik antara lain Wilmar Grup di Pelintung, dan juga yang sedang dibangun pabrik Sinarmas di kawasan Purnama Dumai. Juga ada Pertamina, Pelindo, dan lain-lain.<\/p>\r\n\r\n

Sementara program Pemko Dumai  pada 2017 ini akan melanjutkan pembangunan pemasangan pipa air minum (PDAM) yang terhenti mulai dari Sungai Rokan sampai ke Kota Dumai. Air bersih ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Dumai. Program Smart City bekerja sama dengan Telkom juga akan diterapkan di Kota Dumai pada 2017 ini.<\/p>\r\n\r\n

Di balik gemerlap pesatnya investasi di kota pelabuhan petro dolar Dumai ini, rupanya ada rintihan masyarakat tempatan, terutama buruh bongkar muat barang di hinterland <\/em>Kota Dumai. Investasi banyak, tapi buruh banyak yang menganggur gara-gara terbitnya Peraturan Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman Nomor 43 tentang larangan pelabuhan Dumai sebagai pelabuhan impor. Hanya ada lima pelabuhan saja di Indonesia yang diberi izin sebagai pelabuhan impor. Sementara Dumai tak diberi izin sebagai pelabuhan impor produk-produk pertanian seperti bawang merah, bawang bombai, dan lain-lain.<\/p>\r\n\r\n

Menurut para buruh bongkar muat di Dumai kepada Detak Indonesia.com<\/em>, ada sekitar 5.900 buruh bongkar muat di kawasan Dumai sekitarnya yang menganggur sekarang ini gara-gara kebijakan Menteri Pertanian RI Nomor 43 tersebut.<\/p>\r\n\r\n

Padahal ada peluang 40 persen lagi kuota impor hasil pertanian itu bisa diberi izin kepada importir di Dumai. Namun di Sumatera ini hanya Pelabuhan Belawan Sumut saja yang diberi izin impor. Namun, barang seludupan masuk juga di Pelabuhan Teluknibung Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara dan coba-coba dipasok ke Dumai dan disergap oleh sejumlah buruh bongkar muat di Dumai. "Ini lihat kami punya dokumen penyeludupan itu," kata para buruh di Dumai.<\/p>\r\n\r\n

Akibat kebijakan pilih kasih ini, tingkat kriminalitas di Kota Dumai mulai meningkat, terjadi tindak kriminal seperti perompakan kapal tanker, curanmor, dan lain-lain.<\/p>\r\n\r\n

 <\/p>\r\n","photo":"\/images\/news\/gllrjzzsen\/27-walikota-dumai-ok.jpg","caption":"Walikota Dumai Provinsi Riau, Zulkifli As (kiri) menyerahkan cinderamata kepada perwakilan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau yang diwakili Satria Utama Batubara (tengah) disaksikan Ketua PWI Dumai, Kambali (kanan) di kediaman Walikota Dumai, Sabtu (15\/4\/2017).(Aznil Fajri\/Detak Indonesia.com)"},{"body":"

Kecemburuan sosial di Kota Dumai kini juga bertambah kepada PT Pelindo Dumai dan Pertamina Dumai. Menurut buruh dan warga Dumai kepada wartawan, banyak dari masyarakat tempatan Kota Dumai yang tak diterima bekerja di PT Pelindo Dumai dan Pertamina Dumai ini. Kedua perusahaan BUMN itu hanya menerima naker dari Medan Sumut. Jika kondisi timpang ini terus dibiarkan, maka suatu waktu nanti akan menjadi bom waktu yang bisa meledak.<\/p>\r\n\r\n

Ditambah lagi sulitnya mencari uang di DUmai, ditambah mahalnya kebutuhan pokok sehari-hari bagi rakyat Dumai. Mau tak mau Pemerintah harus mendengarkan keluhan masyarakat ini. Investasi masuk Dumai seharusnya, rakyat Dumai diberdayakan dan sejahtera. Tapi sekarang roda ekonomi rakyat jelata di Dumai memprihatinkan.<\/p>\r\n\r\n

Pasokan dari Pulau Jawa hanya mampu mengatasi 50 persen saja kebutuhan di sekitar hinterland Dumai, dan 10 persen dipasok dari Pulau Sumatera. Sementara 40 persen lagi seharusnya impor, agar harga bisa bersaing dengan produk lokal yang terbatas dan mahal.<\/p>\r\n\r\n

Harga bawang merah asal Provinsi Srisaket Thailand bisa dibeli sekitar Rp6.000 per kg dan dijual di pasaran Dumai sekitar Rp9.000 hingga Rp10.000 per kg. Bandingkan dengan harga bawang merah lokal yang lebih mahal dengan harga sekitar Rp32.000 perkg. Ibu-ibu di Kota Dumai hanya sanggup membeli seperempat kilo saja dengan harga sekitar Rp8.000 hingga Rp10.000 seperempat kilogram.<\/p>\r\n\r\n

Menanggapi masalah ini, Walikota Dumai, Riau, Zulkifli As menjelaskan bahwa pihaknya sudah memahami masalah ini dan memang perekrutan naker di PT Pelindo Dumai dan Pertamina Dumai itu dilakukan di Medan, Sumut.<\/p>\r\n\r\n

"Saya berharap Pelindo Dumai dan Pertamina Dumai agar juga menerima naker tempatan Dumai ini. Masalah usulan pelabuhan dumai agar diizinkan lagi sebagai pelabuhan impor produk pertanian menurut Zulkifli As pihaknya sudah membantu dan menyurati Pemerintah Pusat, importir Dumai juga sudah mengusulkan ke Pemerintah Pusat beberapa waktu lalu," kata Zulkifli As.(azf)<\/strong><\/p>\r\n","photo":"\/images\/news\/gllrjzzsen\/27-dumai400.jpg","caption":"Kegiatan penghijauan rombongan Safari Jurnalistik PWI Riau di kawasan hutan konservasi Bandar Bakau Dumai dipimpin Satria Utama Batubara (kanan) diikuti oleh Ketua PWI Dumai Kambali (kiri berdiri) dan anggota PWI Riau lainnya Hakim dkk, Sabtu (15\/4\/2017).(Aznil Fajri\/Detak Indonesia.com)"}]






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar