WARGA MINTA MAAF KEPADA MENTERI LHK SITI NURBAYA

Kelompok Tani di Rohul Riau Nyatakan Tidak Ada Menyandera 7 Penyidik KLHK

Di Baca : 2264 Kali
Wakil Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bonai Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Riau Jefriman (kiri) dan Staf Legal PT Andika Permata Sawit Lestari (PT APSL)
[{"body":"

PEKANBARU (detakindonesia)-Wakil Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Bonaidarusalam Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Riau, Jefriman bersama anggota KTNA lainnya termasuk para ninik mamak, para tokoh agama\/mursyid\/khalifah yang ada di desanya meminta maaf kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI Siti Nurbaya atas kejadian yang menimpa tujuh orang penyidik KLHK saat bertugas menyelidiki kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Bonaidarussalam Kabupaten Rokan Hulu, Riau Jumat lalu (2\/9\/2016).<\/p>\r\n\r\n

Permintaan maaf tersebut telah disampaikan Wakil Ketua KTNA Bonaidarussalam saat jumpa pers dengan wartawan di Pekanbaru pada acara temu pers, Senin (5\/9\/2016). <\/p>\r\n\r\n

Menurutnya orang yang pertama menghadang dan menghentikan penyidik KLHK itu datang ke kampung ke lokasi kebun KTNA ini diakui Jefriman adalah dirinya sendiri bersama seorang Kades lainnya. <\/p>\r\n\r\n

"Ketujuh penyidik KLHK itu bukan kami sandera, kami cuma memintanya memperhatikan kami warga desa ini yang sejak dari dulu tidak diperhatikan Pemerintah kesejahteraan kami. Nah sekarang ada pengusaha PT APSL yang mau menolong kami, mensejahterakan kami sampai anak kami yang dulu tidak tamat SD sekarang sudah tamat. Kenapa Pemerintah selama ini tidak hadir dan tidak memperhatikan kesejahteraan kami," tegas Jefriman.<\/p>\r\n\r\n

Ditegaskan tidak ada warga yang mencabut plang atau segel yang dipasang oleh penyidik KLHK. Dan tidak benar juga warga menghapus foto-foto bukti kebakaran lahan milik penyidik KLHK. 
\r\nApalagi mengancam pakai senjata api, itu tidak ada.<\/p>\r\n\r\n

"Sedikitpun tidak ada kami sentuh apalagi kami pukul penyidik KLHK itu. Kami menghormati aparat yang masuk ke kampung kami. Tapi setiap tamu yang masuk ke kampung kami tentu harusnya minta izin dulu. Dari dulu sebelum Indonesia merdeka ini kampung ini bagian dari Kerajaan Kuntodarusalam," kata Jefriman.<\/p>\r\n\r\n

Menurut Jefriman lahan KTNA yang digarap seluas 5.000 hektare namun baru 3.000 hektare yang ditanami sawit sejak 2008. Lahan KTNA yang terbakar 160 hektare. Dulunya lahan ini eks HPH (Hak Pengusahaan Hutan) PT Rokinan Timber seluar 7.000 hektare. Jumlah kelompok tani KTNA nya 980 orang.<\/p>\r\n\r\n

"Kerjasama kami dengan PT APSL adalah dalam bentuk KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk Anggota). Kami yang meminta dan datang ke perusahaan PT APSL ini agar mereka bersedia membantu kami jadi bapak angkat karena selama ini tidak ada yang mau membantu kami meningkatkan kesejahteraan untuk anak cucu kami," kata Jefriman.<\/p>\r\n\r\n

Sementara lahan KTNA Desa Siarang-arang Rohil yang berbatasan dengan lahan tersebut juga terbakar seluas sekitar 1.500 hektare, namun perwakilan warga tidak datang dalam jumpa pers di Pekanbaru Senin (5\/9\/2016).<\/p>\r\n\r\n

Sementara Staf Legal PT Andika Permata Sawit Lestari (PT APSL) Novalina Sirait yang ikut dalam jumpa pers itu kembali menegaskan bahwa tidak ada lahan T APSL yang terbakar dan PT APSL tidak termasuk di dalam SP3 15 perusahaan.(ri)<\/p>\r\n","photo":"\/images\/news\/yryjc\/5-ktna640.jpg","caption":"Wakil Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bonai Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Riau Jefriman (kiri) dan Staf Legal PT Andika Permata Sawit Lestari (PT APSL)"}]






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar