CURHATAN MAHASISWA INDONESIA YANG DIPENJARAKAN

Oknum Polisi Mesir Rampas Uang Mahasiswa Indonesia

Di Baca : 2299 Kali

[{"body":"

Kairo, Detak Indonesia<\/strong>--Mahasiswa Mesir di zholimi. Pagi itu, sekitar jam 04.00. Rumah mahasiswa didatangi tamu yang tidak diundang. Di subuh itu ada yang mengedor-ngedor pintu, layaknya seperti perampok, salah satu dari kawan kami terbangun dan dia langsung berdiri dan membangunkan kawan yang lainnya.<\/p>\r\n\r\n

Setelah semuanya terbangun kami semuanya berdiri di depan pintu dan ingin menyambut kedatangannya, kalau itu haromi kami sudah siap untuk itu, tapi dugaan kami salahh..itu bukan haromi tapi hukuumah (polisi) dengan atribut yang lengkap bersenjata berbadan tinggi dan besar, hukumah yang datang lebih kurang 10 orang. Kemudian dia masuk ke rumah dan memeriksanya dan merekapun meminta paspor dan Hp kami.<\/p>\r\n\r\n

Kemudian dia menyuruh kami untuk memakai sepatu, salah satu dari teman bertanya, kami mau dibawa kemana? Ikut saja kami,.Kami dibawa turun dan langsung masuk mobil tremco sambil mata kami di tutup.  Setibanya kami di kantor polisi tepatnya di markaz asykari kami diturunkan dari mobil sambil mata ini tertutup oleh kain kemudian kami dimasukkan ke ruangan, ruangan itu adalah tempat asrama militer.<\/p>\r\n\r\n

Setelah dua jam di sana kami dibolehkan untuk membuka mata kami. Dari pagi menunggu sampai jam 4 sore barulah kami di tanyai. Dari jam 4 sore sampai jam 11 malam kami berdiri dan sesekali duduk di luar dalam kedinginan dan dari pagi sampai malam kami tidak dikasih makan. Ada salah seorang teman kami ketika kami duduk teman ini memanjangkan kaki dia ke depan dan langsung polisi itu menendang kakinya, dan kawan ini membuka matanya dari balutan kain tadi, dan datang seorang polisi memukul kepala teman tadi.<\/p>\r\n\r\n

Tanpa kami ada salah. Kemudian kami antre untuk menunggu ditanyai oleh polisi tersebut. Saya masuk ke ruangan dan dia menanyakan siapa nama, apa yang kamu lakukan di Mesir, di mana paspor kamu? Saya menjawab, nama saya ini, saya pelajar Al Azhar, paspor saya lagi pengurusan visa tepatnya di viktif. Lalu polisi ini bilang kamu bohong, saya menjawab wallahi paspor saya lagi dalam pengurusan. Setelah dia bertanya dia membawa kami ke suatu tempat dan tetap dalam keadaan berdiri dan dingin tak ada makanan.<\/p>\r\n\r\n

Lama menunggu, kedua teman kami dibebaskan karena ada paspor dan iqomah. Kemudian kami dibawa ke asrama tadi, sampainya di sana kami yang sangat lapar, tiba-tiba datang seorang yang ditangkap juga membelikan kami makanan. Dalam hati Alhamdulillah bapak ini baik sekali dia tau kalau kami tidak bawa uang. Tiga hari kami di asrama, kemudian kami dipindahkan ke dalam sel tahanan yang berukuran 2 x 1 tepatnya seukuran kuburan, sel yang penuh dengan asap rokok, kecoak. Dan sel yang 2 x 1 tadi diisi empat orang. Satunya lagi orang Ukraina. Di situlah tempat kami makan, tidur dan buang air kecil. Bayangkan bagaimana mau tidur jika ukuran selnya 2 x 1 dan jumlahnya empat orang?<\/p>\r\n\r\n

Tak terpikirkan oleh kami, untuk tidur dan kami berharap supaya KBRI mengeluarkan kami dari sini secepatnya, keesokan harinya tepat hari keempat kami ditangkap, barulah kami dibolehkan untuk nelpon kerabat terdekat di Mesir. Saya langsung menelpon Bang Ardi Sekjen PPMI. Setelah nelpon, malamnya dia datang membawa makanan dan paspor kami, lalu Bang Ardi memberikan paspor kami ke polisi. Kami berharap waktu itu langsung bisa keluar dari sel tersebut karena kami tidak tahan lagi dizolimi di dalam sel.<\/p>\r\n\r\n

Selnya bukan sel Imigrasi tapi melainkan sel tahanan penjahat. Tak lama kemudian Bang Ardi memanggil kami dan dia bilang, kalau tak bisa sekarang abang akan ajak KBRI besok datang, bersabar ya..Dengan hati yang sangat penuh isak tangis menjawab, oke bang.<\/p>\r\n\r\n

Esoknya KBRI datang tepatnya itu hari keenam kami ditahan, utusan KBRI dan Presiden PPMI datang dengan membawa selimut dan makanan. Di dalam hati berkata: "Bukan ini yang kami mau, tapi kami mau bebas itu saja yang kami mau".<\/p>\r\n\r\n


\r\nKami bertemrima kasih kepada KBRI dan PPMI yang telah membawakan selimut untuk kami, yang hari sebelumnya kami tidak punya apa-apa melainkan baju yang pertama kali kami pakai dari rumah. Kalau sudah dikasih selimut itu pastinya kita memerlukan waktu yang panjang untuk bebas.  Esok paginya kami dipanggil polisi dan menanyakan kuliah di mana, supaya nanti dicek di kuliahnya. Dan kami pun dibawa ke Jawazat Tahrir, dengan tangan diborgol layaknya penjahat besar. Sampai di Jawazat saya mengeluarkan kerneh saya untuk menandakan saya pelajar Al Azhar.<\/p>\r\n\r\n

Tapi dia tidak peduli, dan dia menanyakan paspor lagi, saya bilang paspor saya di viktif lagi pengurusan. Dia tidak peduli. Lalu kami kembali lagi ke tahanan di Qism Tsani hay sadis dengan tangan diborgol. Kami kembali masuk sel, kami belum makan, kemudian sipir penjara memberikan kami roti isi yang di dalamnya ada kecoak, ya Allah. Terpaksa kami memakannya karena kami sangat lapar. Jangan harap untuk dua kali sehari ke WC atau ingin berlama-lama di WC untuk membuang hajat, cukup waktu satu menit untuk membuang semuanya. Nauzubillah..Esok malamnya tepatnya hari ke delapan di penjara, kami didatangi tamu yaitu Ketua KSMR dan jajarannya, dia bilang kalau dua orang dari kami itu dipulangkan.<\/p>\r\n\r\n


\r\nKami bahagia dan bercampur sedih, karena satu teman kami masih di sel, dengan alasan dia masih punya iqomah, jadi teman satunya lagi berkata: saya lagi pengurusan visa dan itu memerlukan waktu, kenapa saya dipulangkan juga? Apakah KBRI tidak bisa menjelaskan itu? Apakah tidak ada pembelaan dari KBRI? Kalau begitu, semua orang yang paspornya di viktif dapat di deportasi?? Tapi didalam hati yg dalam saya bersyukur karena saya sudah bebas dari kezoliman. Tentunya saya juga sedih kalau satu teman saya masih di sel.<\/p>\r\n\r\n

Hari itu pas hari ke sembilan di penjara dan kami dipulangkan ke Indonesia, jam satu siang kami dibawa pakai mobil tahanan dengan tangan masih diborgol menuju bandara, sesampai di bandara kami dimasukkan ke dalam penjara Imigrasi yang tempatnya bagus tidak seperti penjara sebelumnya. Sebelum kami pulang atau take off polisi yang membawa kami tadi memeriksa barang-barang kami dan juga dompet saya, yang saya tak sangkanya kalau polisi tersebut mengambil uang di dalam dompet saya sebanyak 370 le katanya ini untuk saya, kamu jangan bilang kepada siapapun.<\/p>\r\n\r\n

Apalah daya kami yang ditahan tidak bisa berbuat apa-apa, kalau misalkan saya laporkan ke polisi lainnya, ujung-ujungnya kita juga yang kena. Percuma. Setelah menunggu tujuh jam di dalam penjara Imigrasi, saya ingin berjumpa dengan kawan-kawan saya di luar, tapi tidak dibolehkan juga. Lalu kami dibawa ke boarding pass, di situlah kami berdua dibebaskan.<\/p>\r\n\r\n

Tolong bebaskan saudara kami yang masih di dalam penjara..Toloongg!! Karena kami tahu di dalam penjara itu satu hari sama dengan satu bulan. Dan teman yang berada di dalam sel bilang, kalau dia mau dideportasikan saja tanpa banyak pengurusan. Kami ini korban viktif. Kami ini korban kebijakan hukum yang tidak masuk akal. Kami ini korban lemahnya KBRI. Kami di Mesir tujuannya hanya satu yakni belajar. Hati-hati teman semuanya!! Ttd.korban.(rls\/***)<\/p>\r\n","photo":"\/images\/news\/ezzexfk5pp\/8-penjaraok.jpg","caption":"Foto ilustrasi. (Ist)"}]






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar