Lumbung Ikan Riau, Ada Cerita Sabu Pemicu Nelayan Berani Perkasa di Laut 

Panipahan, Kini Sentra Penghasil Ikan Pengganti Bagansiapi-api

Di Baca : 2937 Kali
Nelayan di kota terapung Panipahan Kecamatan Pasirlimau Kapas Kabupaten Rokanhilir Riau pulang melaut membawa berbagai hasil laut seperti ikan, udang, kepiting, kerang, cumi-cumi, eko, dan lain-lain. (Aznil Fajri/Detak Indonesia.co.id)

Pasaran harga udang atau kepiting di Panipahan ini sekitar Rp35.000/kg. Lebih murah dibanding harga Eko yang masih hidup seekor bisa Rp110.000. Udang, kepiting, Eko diekspor ke luar negeri dan juga dikirim ke Jakarta.

Nelayan berangkat melaut pagi hari selama berhari-hari di laut, dan sore hari terkadang pulang kembali membawa hasil laut dijual ke toke yang umumnya pengusaha Tionghoa yang sudah menunggu di gudangnya. 

Nelayan umumnya hanya pekerja dari toke-toke pemilik kapal ikan. Nelayan dipinjamkan kapal penangkap ikan, atau kapal ikan dikreditkan kepada nelayan tempatan, namun bayar angsurannya hasil laut dijual ke toke tersebut. Tak boleh jual ke toke lain.

Ada pula cerita, nelayan pekerja toke yang menggunakan kapal tangkap ikan ukuran besar, mereka pasang jaring di laut lepas dari satu kapal ke kapal kedua terkadang bisa sejauh 500 meter bahkan sejauh 1 km. Itu hampir semua lubang jaring berhasil nyangkut banyak ikan serai atau ikan gembung yang murah harganya.






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar