SAFARI JURNALISTIK 94 WARTAWAN PWI RIAU KE SABANG DAN BANDA ACEH

Tsunami Aceh Siklus Alam, Obyek Wisatanya Tetap Menarik Dikunjungi Wisatawan

Di Baca : 992 Kali
Wisatawan di atas Roro penyeberangan dari Pelabuhan Balohan Pulau Sabang ke Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh di daratan Pulau Sumatera (atas), bawah sarapan pagi di Mars Resort latar belakang sunrise matahari terbit, Ahad (12/2/2023). (azf)

Laporan: Aznil Fajri, langsung dari Banda Aceh

Banda Aceh, Detak Indonesia-Tsunami dahsyat terbukti pernah terjadi melanda Aceh pada 1394. Kawasan pesisir pantai Aceh baik di sisi barat, utara, maupun timur sampai ke Idi Rayeuk Aceh Timur hancur kemudian ditinggalkan sebelum kembali dipadati penduduk seiring datangnya pedagang dari mancanegara. Namun, Kota Banda Aceh yang tumbuh di atas tapak bencana 1394 itu kembali hancur saat tsunami melanda Serambi Makkah itu pada 26 Desember 2004 lalu. Ini merupakan siklus alam, namun obyek wisatanya tetap menarik dan cukup ramai dikunjungi wisatawan 2023 ini. Terutama wisata menyelam snorkling, diving, memancing, mandi-mandi, wisata kapal mini, dan lain-lain.

 

Wisata menyelam snorkling menyaksikan ribuan ikan berseliwaran di dalam laut Pulau Rubiah, Sabang, Aceh, Sabtu (11/2/2023)

Lima hari setelah kejadian gempabumi dan tsunami Aceh 2004 itu, pada 31 Desember 2004, 10 truk bantuan kemanusiaan dari masyarakat Riau tiba di Aceh dan langsung disalurkan mulai dari Idi Rayeuk Aceh timur sampai ke Banda Aceh.

Penulis sendiri merupakan tim yang ikut dalam rombongan pengiriman bantuan kemanusiaan tersebut yang dikoordinir dan diprakarsai manajemen Harian Pagi Riau Pos Pekanbaru (tempat bekerja penulis saat itu telah mengabdi selama 25 tahun di harian itu). Ketua tim rombongan adalah Ketua PWI Riau sekarang (2023-2027) Zulmansyah Sekedang. Lima truk bantuan merupakan sumbangan dari masyarakat Riau, dan lima truk lagi dari Korem 031/Wira Bima Pekanbaru.

Kapal Roro penyeberangan AcehHebat 2

Tak ada lampu hidup di kegelapan malam pasca kejadian itu. Aceh di hati penulis terasa seperti "kiamat dunia", mengerikan!. Yang ada lampu hidup tengah malam itu hanya lampu di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Itu terlihat oleh rombongan dari atas Jembatan Surabaya, Aceh yang topografinya agak tinggi. Itupun berkat bantuan mesin genset dari PLN Sumbar yang penulis dan rombongan bertemu petugas pembawa mesin genset Sumbar di kawasan Langsa, Aceh, saat ngopi gayo Aceh tak jauh dari perbatasan Sumatera Utara.

Gempa bumi Aceh 2004 terjadi pada pukul 07:58:53 WIB  hari Ahad, 26 Desember 2004  episentrumnya terletak di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia. Guncangan gempa tersebut berskala 9,1–9,3 dalam skala kekuatan Momen  dan IX (violent) dalam skala intensitas Mercalli. 

 

Gempa bumi megathrust bawah laut terjadi ketika Lempeng Hindia didorong ke bawah oleh  Lempeng Burma dan memicu serangkaian  tsunami mematikan di sepanjang pesisir daratan  yang berbatasan dengan Samudra Hindia.  Gelombang tsunami yang tingginya mencapai 30 m menewaskan 230.000 – 280.000 jiwa di 14 negara dan menenggelamkan sejumlah permukiman pesisir. Di Banda Aceh gelombang tsunami yang menghancurkan bangunan Kota Banda Aceh ketinggian airnya mencapai tinggi 10-11 meter.

Gempa dan tsunami ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand. Dan dari keterangan pemandu wisata di Museum Tsunami Aceh, kepada rombongan Safari Jurnalistik ini, Ahad (12/2/2013) ini merupakan siklus alam. Sejak tempo dulu nenek moyang warga Simeulue Aceh sudah mengetahui adanya siklus ombak besar yang kini disebut Tsunami disampaikan dalam seni yang disebut dengan istilah Smong, disampaikan secara Nandong. Kepada anak-anak sambil memanen cengkeh diceritakan tentang pernah datang ombak besar/tsunami itu dulunya dan 2004 terbukti terjadi lagi tsunami. Dan namanya siklus, akankah terjadi lagi di masa datang? Allahualam!

 

Sunrise matahari terbit di Mars Resort Pulau Weh Aceh Ahad (12/2/2023)

Gempabumi dan tsunami Aceh 2004, Aceh di Indonesia, daerah yang paling parah luluh lantak  diterjang tsunami dan gempa bumi. Ahad, 26 Desember 2004 waktu setempat 07:58:53 WIB, kekuatan gempabumi 9,1–9,3 Mw, kedalaman 30 km (19 mi), Episentrum 3.316°N 95.854°E, jenis megathrust wilayah bencana terdampak adalah Indonesia, Sri Lanka, India,  Thailand, Bangladesh,Maladewa, Malaysia, Myanmar, Madagaskar, Somalia, Kenya, Tanzania, Seychelles, Afrika Selatan, dan Yaman.

Kerusakan dan kerugian total mencapai 2,9 miliar dolar AS, intensitas maksimum IX (violent), percepatan puncak 0.71 g (data dari USGS), Tsunami ketinggian 15 hingga 30 meter (50 hingga 100 ft), dengan tinggi maksimal 51 m (167,3 kaki) di Lhoknga. Korban 230.000-280.000 tewas dan lainnya hilang. Ini adalah gempa bumi terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan durasi patahan terpanjang sepanjang sejarah (antara 8,3 dan 10 menit).

 

Gempa ini menyebabkan seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter (0,4 inci) dan memicu aktivitas gempa di berbagai wilayah, termasuk Alaska. Episentrumnya terletak antara Pulau Simeulue  dan Sumatra. Penderitaan  masyarakat dan negara terdampak mendorong berbagai negara untuk memberi bantuan kemanusiaan. Masyarakat internasional secara keseluruhan menyumbangkan lebih dari 14 miliar dolar AS (2004) dalam bentuk bantuan kemanusiaan.

 

Peristiwa ini dikenal di kalangan peneliti sebagai Gempa bumi Sumatra–Andaman. Tsunami yang terjadi sesudahnya mendapat berbagai julukan, termasuk  Tsunami Samudra Hindia 2004, Tsunami Asia Selatan,  Tsunami Aceh, Tsunami Indonesia, Tsunami Natal, dan Tsunami Hari Boxing. (***)






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar