BANGUN PANGKALAN MILITER BARU

Militer Myanmar Rampas Lahan Muslim Rohingya

Di Baca : 1757 Kali
Foto Ist

Rakhine--Detak Indonesia--Pihak Amnesty International Senin (12/3/2018) merilis hasil investigasinya bahwa negara bagian Rakhine, Myanmar telah dikuasai dan diubah menjadi wilayah militer oleh otoritas setempat dengan membangun basis-basis tentara dan mentraktor lahan di perkampungan milik etnis Muslim Rohingya yang sebelumnya telah dibakar  beberapa bulan lalu.

Saksi mata dan hasil analisis citra satelit, aktivis Amnesty International dalam laporannya berjudul “Remaking Rakhine State” membongkar rahasia pihak otoritas Myanmar yang membangun proyek konstruksi kini meningkat di wilayah perkampungan Rohingya yang telah rata dengan tanah pasca ratusan ribu warga muslim Rohingya lari dari aksi pembersihan etnis yang dilancarkan militer Myanmar 2017 lalu. 

Sejumlah badan jalan,  bangunan,  dibangun di perkampungan Rohingya yang mereka rampas kondisi demikian mengakibatkan pengungsi susah kembali ke rumah milik mereka semula. Pengungsipun khawatir dibunuh tentara Myanmar yang kejam. 

“Kami menyaksikan di negara bagian Rakhine ada praktik perampasan lahan warga muslim Rohingya oleh militer Myanmar dalam skala besar. Pasukan militer Myanmar membangun markas militer, bangunan yang didirikan untuk tempat tinggal tentara yang sudah melakukan pembunuhan massal komunitas Rohingya,” ujar Direktur Penanggulangan Krisis Amnesty International, Tirana Hassan Senin (12/3/2018).

Menurutnya harapan agar pengungsi Rohingya busa pulang ke kampung halaman kembali dengan damai dan sukarela, aman, dan bermartabat makin jauh dari harapan dan kenyataan. Tak cuma rumah warga muslim Rohingya musnah dibakar tentara bengis Rohingya namun aksi tentara yang dimotori otoritas pemerintah Myanmar ini makin memperparah diskriminasi melanggar hak asasi manusia di Myanmar.

Laporan Amnesty Internasional  bahwa tentara Myanmar telah melancarkan serangan pembersihan etnis, pembunuhan muslim Rohingya enam bulan lalu 25 Agustus 2017, balasan atas aksi kelompok bersenjata the Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) yang menyerang merusak pos keamanan tentara Myanmar di negara bagian Rakhine.

Amnesty Internasional meliris juga bhawa militer Myanmar membunuh kaum perempuan, laki-laki dan anak-anak juga melakukan pemerkosaan dan kekerasan seksual lainnya terhadap wanita dan anak perempuan. Militer juga membakar ratusan perkampungan milik muslim Rohingya. Tindakan bar bar tentara Myanmar ini jelas kejahatan kemanusiaan.

Ada sekitar 670.000 orang warga muslimRohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh pasca-serangan balasan militer Myanmar itu.

Kendati kekerasan di negara bagian Rakhine berkurang saat ini, namun ada usaha militer Myanmar mengusir warga Rohingya dari tanah dan kampung mereka muslim Rohingya dibuat tak bisa menetap kembali, ini aksi militer Myanmar dalam bentuk baru yang kini sedang dilancarkan.

Hasil penelitian terakhir pihak Amnesty International berhasil menguak rahasia di mana sejumlah rumah di perkampungan Rohingya pasca dibakar dan diratakan dulu sejak Januari 2017, sejumlah pohon yang ada di sekitarnya telah dimusnahkan sehingga kawasan muslim Rohingya ini sulit dikenali kembali. Ini jelas bahwa otoritas Myanmar sedang berusaha  menghilangkan bukti kejahatan kemanusiaan mereka terhadap Rohingya yang mempersulit penyelidikan atas kejahatan militer Myanmar. 

“Penghancuran perkampungan Rohingya ini kuat dugaan otoritas Myanmar mencoba menghilangkan bukti kejahatan kemanusiaan mereka kalau-kalau diminta  pertanggungjawaban mereka atas kejahatan kemanusiaan agar menjadi sulit,” jelas aktivis Amnesty Internasional,  Tirana Hassan.

Pihak Amnesty International ini mengaku telah berhasil menyimpan data, dokumen berbagai kejahatan tentara Myanmar seperti penjarahan dan pembakaran dengan sengaja dan perusakan pembakaran rumah dan masjid warga muslim Rohingya di utara negara bagian Rakhine.

Di kawasan perkampungan warga muslim Rohingya yang telah diratakan dengan tanah oleh militer Rohingya ini, otoritas setempat telah melakukan melakukan ekspansi membangun infrastruktur di Rakhine antara lain mendirikan markas-markas militer dan helipad helikopter untuk tentara dan polisi penjaga perbatasan Myanmar. Perampasan wilayah kampung warga muslim Rohingya ini oleh militer Myanmar terus berlangsung sampai kini tanpa ada upaya internasional mencegahnya. 

Percepatan pembangunan pihak militer Myanmar di lokasi muslim Rohingya ini mengkhawatirkan sekali. Hasil pemotretan citra satelit berhasil memperlihatkan bagaimana hanya dalam beberapa bulan ini sejumlah markas militer baru telah dibangun di atas lahan milik muslim Rohingya. Perkampungan dan kawasan hutan di sekitar perkampungan Rohingya telah diporakporandakan militer Myanmar untuk pembangunan itu.

Hasil penelitian Amnesty International pada foto-foto citra satelit itu terdapat tiga basis militer yang sedang dibangun di negara bagian Rakhine utara. Di antaranya dua di Kota Maungdaw dan satu lagi di Kota Buthidaung.

Pembangunannya mulai dilakukan sejak Januari 2018.
Basis tentara Myanmar  terbesar berada di Desa Ah Lel Chaung di Buthidaung di sini saksi mata mengatakan militer Myanmar dengan paksa menggusur warga muslim Rohingya dari area itu supaya pembangunan infrastruktur militer dapat dilakukan. Banyak warga muslim Rohingya tak berdaya dan menyelamatkan diri ke Bangladesh.

Di kawasan multi etnis Desa Inn Din pihakAmnesty International pernah mengumpulkan data di sini pasukan militer dan jajarannya membunuh warga Rohingya membakar rumah warga Agustus dan awal September 2017, foto citra satelit memperlihatkan sedang berlangsung pembangunan markas militer di perkampungan yang dahulunya adalah milik warga Rohingya.(*/di) 






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar