PEMILUKADA DKI JAKARTA 2017

Ahok-Djarot dan Anis-Sandy Maju ke Putaran Kedua

Di Baca : 2801 Kali
Pasangan nomor urut 2 Ahok -Djarot dan pasangan nomor 3 Anis-Sandy maju ke putaran kedua Pemilukada DKI Jakarta 2017. Sedangkan pasangan nomor urut 1 Agus-Silvy gugur.
[{"body":"

Jakarta, Detak Indonesia<\/strong>-Pemilukada DKI Jakarta 2017 Rabu (15\/02\/2017) telah berlangsung dengan lancar, aman dan didapatkan hasil hitung cepat (quick count<\/em>) final 100 persen untuk pasangan calon Agus-Silvy 16,87 persen, Ahok-Djarot 43,22 persen, dan Anis-Sandy 39,91 persen.<\/p>\r\n\r\n

Dengan unggulnya paslon urutan 2 Ahok-Djarot dan paslon urutan 3 Anis-Sandy ini maka mereka maju ke putaran kedua, sementara Agus-Silvy mengakui kekalahannya. Bahkan Agus mengucapkan selamat kepada pemenang di putaran pertama ini yaitu Ahok-Djarot dan Anis-Sandy.<\/p>\r\n\r\n

Ketua Pengurus YLKI Tulus Abadi dan Direktur Indef Erni menegaskan bahwa tugas berat bagi kedua paslon yang maju ke putaran kedua  cukup berat. <\/p>\r\n\r\n

Menurut Tulus Abadi adapun permasalahan DKI Jakarta saat ini yang perlu dipecahkan diatasi adalah masalah transportasi, air bersih, dan persampahan. Diakui Tulus masalah armada transportasi massa sudah mulai dibenahi dengan baik, tapi masalah kemacetan di DKI masih buruk. Masalah jalur busway juga tidak tertib karena terkadang digunakan oleh pengendara lain dan menambah macet. Dari banyak di dunia ini jalur busway, di DKI Jakarta ini yang paling buruk dan semrawut. <\/p>\r\n\r\n

Dikatakan Tulus, dulu saat kampanye mau jadi Gubernur DKI Jakarta Jokowi-Ahok berjanji tak akan menambah jalan tol dalam kota karena akan menambah kemacetan saja. Tapi setelah mereka terpilih justeru janji ini mereka langgar sendiri di mana sekarang mau dibangun jalan tol dalam kota yang akan menambah kemacetan. <\/p>\r\n\r\n

Seharusnya dengan melanggar janji ini masyarakat menentangnya atau melakukan politic punishment<\/em>. Ini adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum.<\/p>\r\n\r\n

Demikian juga masalah air bersih belum bisa diatasi sampai saat ini di mana pasokan dari hilir juga sulit. Masalah sampah juga menjadi tugas berat.<\/p>\r\n\r\n

Sementara menurut Direktur Indef Erni menyorot adanya ketimpangan pembangunan terutama perbedaan gedung mewah di Jalan Thamrin Jakarta dengan bangunan kumuh yang berada 100 meter di belakang gedung mewah itu. Hendaknya juga Pemerintah memerhatikan pembangunan di kawasan belakang gedung mewah tersebut.<\/p>\r\n\r\n

Demikian juga masalah peningkatan kesejahteraan warga DKI Jakarta yang kian hari harga-harga cukup mahal. Ini harus dicarikan jalan keluarnya oleh calon pemimpin DKI Jakarta ke depannya nanti.<\/p>\r\n\r\n

Sementara hasil final Quick Count<\/em> LSI Denny JA merilis adanya Dua Putaran dan adanya Efek Antasari. Quick Count <\/em>LSI Denny JA pada jam 16.30 data masuk  95 persen, menyimpulkan: Pilkada DKI berlangsung dua putaran dengan tingkat dukungan Agus dan Sylvi 16,88 persen, Ahok dan Basuki 42,95 persen, Anies dan Sandi 40,17 persen. Data juga menunjukkan Golput sekitar angka 23 persen.<\/p>\r\n\r\n

Pasangan Ahok dan pasangan Anies maju ke putaran kedua. Pasangan Agus gugur di putaran pertama. Apa yang terjadi? Konferensi pers LSI lima hari sebelum pencoblosan, memprediksi dua hal. Pertama<\/em>, Pilkada berlangsung dua putaran. Kedua<\/em>, dukungan calon berada dalam ambang batas: Agus-Sylvi 24,4-39,6 persen, Ahok-Djarot 27,2 - 39,2 persen, Anies-Sandi 25,6- 38,4 persen.<\/p>\r\n\r\n

Quick count<\/em> menunjukkan bahwa sesuai dengan prediksi, pilkada dua putaran terjadi. Namun dari sisi elektoral, Agus mendapatkan lebih kecil dari ambang batasnya. Sementara Ahok dan Anies mendapatkan lebih besar dari ambang batasnya.<\/p>\r\n\r\n

Apa penyebab perubahan dalam lima hari setelah publikasi? Mengapa suara Agus lebih rendah dari ambang batas? Mengapa Ahok dan anies di atas ambang batas?<\/p>\r\n\r\n

Ini beberapa isu yang memerlukan pengujian lebih lanjut. Pertama<\/em>, terjadi Efek Antasari. Ekpose berita soal Antarasi yang menyatakan SBY inisiator kriminalisasi dirinya menjadi berita besar. Itu isu berbau sensasional dan heboh. Berita ini digulirkan secara massif sehari sebelum pencoblosan. Twit war<\/em> dan pro kontra terjadi, di-blow up<\/em> media sedemikian rupa.<\/p>\r\n\r\n

SBY memang sudah memberikan jawaban, dan melaporkan Antasari ke jalur hukum. Namun discourse<\/em> SBY versus Antasari ternyata lebih banyak merugikan Agus. Suara Agus banyak beralih  ke Anies, dan terutama ke Ahok. Data quick count <\/em>menunjukkan perubahan dukungan itu.<\/p>\r\n\r\n

Kedua<\/em>, Golput sekitar 23 persen. Ini lebih rendah dibanding pilkada DKI sebelumnya yang umumnya di atas 30 persen.  Yang datang ke TPS memang lebih besar dibanding pilkada sebelumnya. Namun Golput itu lebih banyak datang dari pendukung Agus yang mayoritas berasal dari segmen menengah bawah.<\/p>\r\n\r\n

Dari studi Golput yang LSI lakukan terhadap kasus beberapa wilayah, golput umumnya datang dari pemilih menengah bawah. Pemilih menengah bawah umumnya lebih potensial tak datang ke TPS karena beberapa alasan. Alasan ekonomi:  karena umumnya mereka punya upah harian. Jika ke TPS, ia akan hilang upah hariannya.<\/p>\r\n\r\n

Alasan teknis: karena alasan problem administrasi surat menyurat dokumentasi kependudukan. Problem admin ini membuat mereka tak datang ke TPS.<\/p>\r\n\r\n

Yang lainnya alasan politik. Umumnya kesadaran politik di segmen menengah bawah ini kurang partisipatif dalam politik. Selamat kepada dua calon gubernur yang maju ke putaran kedua.(put)<\/strong><\/p>\r\n","photo":"\/images\/news\/h4xuk\/15-putaran-2-ya.jpg","caption":"Pasangan nomor urut 2 Ahok -Djarot dan pasangan nomor 3 Anis-Sandy maju ke putaran kedua Pemilukada DKI Jakarta 2017. Sedangkan pasangan nomor urut 1 Agus-Silvy gugur."}]






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar