LAM RIAU DITUDING MILIK PRIBADI 

Ini Alasan Syarwan Hamid Pulangkan Gelar Adatnya

Di Baca : 4706 Kali
Letjen Purn. Syarwan Hamid mengembalikan gelar adat Melayu Riau Datuk Seri Lelanegara di Gedung LAM Riau Jalan Diponegoro Pekanbaru Riau, Rabu (19/12/2018). (Aznil Fajri/Detak Indonesia.co.id)

Pekanbaru, Detak Indonesia--Letjen (Purn) Syarwan Hamid resmi mengembalikan gelar tertinggi Adat Melayu Riau Datuk Seri Lelanegara ke Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) di Jalan Diponegoro Pekanbaru, Riau, Rabu (19/12/2018).

Syarwan mengembalikan gelar terhormat gelar tertinggi Adat Melayu Riau itu karena menilai LAM Riau di bawah kepemimpinan Syahril Abubakar pimpinan mengambil keputusan sendiri-sendiri tidak mau bicara, tidak mau berkoordinasi dan lain sebagainya. Ini seperti yang terjadi ketika peristiwa Hamengkubuwono dulu. Seolah-olah institusi LAM Riau ini institusi pribadinya mereka.  Padahal LAM Riau ini lembaga musyawarah dan lembaga yang netral. Membahas sesuatu dengan pikiran yang jernih, dengan argumen-argumen yang jelas. Sehingga bila itu benar bisa diterima dan bila salah bisa ditolak. Tidak mesti bila Gubernur menyatakan ya itu menjadi kenyataan. 

"Tapi waktu itu semua tokoh masyarakat keberatan dengan keinginan Saya mau menyerahkan gelar ini. Termasuk Prof Tabrani Rab dengan teman-temannya. Waktu itu Saya masih bawa anak muda Saya masih agak sabarlah. Ya sudahlah kalau itu kemauan masyarakat Saya ikuti," jelas Syarwan.

Yang kedua masa SBY dulu. Walaupun Syarwan keberatan pemberian gelar kepada SBY itu. Namun Syarwan tidak menyatakan akan mau menyerahkan gelar adat melayu itu ke LAM Riau. Bahkan Syarwan mengaku dihalang-halangi untuk hadir sehingga tetap berada di hotel. Karena mereka sudah membaca niat Syarwan kalau SBY tetap diberi gelar dan Syarwan tetap diundang walau di kursi paling belakang Syarwan bakal berdiri menyatakan atau melakukan interupsi menolak terhadap pemberian gelar SBY itu. Akhirnya Syawan tak bisa datang ke LAM Riau saat penyerahan anugerah kepada SBY itu. Ketua LAM Riau Syahril Abubakar ngarang, tak ada niat Syarwan untuk membatalkan. 

"Saya sudah bilang niat Saya sudah bulat. Saya sudah pikirkan dengan jernih walaupun Saya berat hati menyerahkan kehormatan yang diberikan kepada Saya. Ini yang saya hormati hargai. Inilah harga marwah yang harus Saya bayar karena sudah dirusak oleh Syahril Abubakar dan teman-temannya. Tidak gampang untuk mendapatkan gelar ini. Bukan Saya waktu itu Kapuspen ABRI, dianggap kurang. Waktu Wakil Ketua DPR/MPR masih kurang. Setelah ditambah jadi Menteri barulah dikasihkan," tegas Syarwan.

Menurut Syarwan Hamid alangkah tingginya sebetulnya gelar ini. Kalau dikembalikan gelar ini dan mau didapatkan lagi gelar ini menurut Syarwan dia harus dilahirkan kembali kemudian mulai hidup dari awal. Itupun kata Syarwan kalau sampai Mendagri lagi. Anak cucu Syarwan keberatan sayang kek tapi kalau ingin kita berjuang menegakkan sesuatu nilai kita harus siap berkorban. Syarwan tak yang lain yang bernilai yang lain yang harus diberikan. Gelar adat ini cuma satu ini. Kalau tak ada jasa yang dia punya itu bukan yang diberikan oleh Riau.

"Saya punya penghargaan Kartika Eka Paksi penghargaan atau jasa tertinggi di Angkatan Darat. Saya masih punya bintang Yudha Dharma bintang Tertinggi di TNI. Saya masih punya Adi Pradhana gelar tertinggi di Republik Indonesia ini. Kalau saya meninggal tak usah pikirkan mau keluarkan uang berapa mau menguburkan Saya. Negara mengurusnya di Makam Pahlawan. Ini hari sengaja Saya bawa Tanda Jasa ini. Ini juga yang dipakai oleh Jokowi di Istana," urai Syarwan dengan air mata yang berkaca-kaca seraya terdengar gema Allah Akbar sejumlah pemuda yang mendampinginya.

Syarwan juga klarifikasi rilis media yang disampaikan Ketua LAM Riau Syahril Abubakar yang menyatakan Pak Syarwan tak dipenuhinya keinginan Pak Syarwan.

"Keinginan apa itu Pak Syahril? Apa yang anda punya yang Saya butuhkan. Saya hanya membutuhkan moralitas anda. Kemampuan anda menjaga marwah. Jadi Saya dianggap kecewa tidak diundang saat tepung tawar Sandiaga Uno. Bagaimana Saya mau mengajukan itu, diundang saja tidak. Ini kan pembohongan yang luar biasa dan sudah dirilis di Pers. Kalian meliput tak Pers? Diundang via telepon tapi itu tidak disampaikan ke Saya. Kok dibilang Saya kecewa minta beri sambutan di forum itu dalam rangka tepung tawar Pak Sandiaga Uno. Ada juga kekecewaan Saya kepada Syahril Abubakar, waktu Ustad Abdul Somad datang ke sini Saya dekat dengan Somad. Ustad Abdul Somad mau pamitan langsung digotong Syahril ke luar. Jaraknya hanya beberapa meter dari Saya. Tak pamit sama sekali. Saya katakan sama Syahril jangan ajari Pak Ustad Somad tak sopan. Saya tak tahu bagaimana Syahril menyampaikan ke Ustad Somad sehingga Ustad Somad sangat sulit dihubungi. Bahkan Saya yang memperjuangkan Ustad Abdul Somad jadi Wapres mau nelpon seratus kali sulit kali menjawab. Amin Rais datang kesini datang ke Palembang untuk menyampaikan itu juga tak diterima. Sampai Amin Rais bilang ini Ustad Abdul Somad ini ustad apa ini?. Kok tak ada sopan santun. Kalau ada teman Ustad Somad di sini katakan, itu catatan gelap Saya kepada anda. Di samping gemerlapnya ceramah-ceramah yang anda keluarkan. Anda bersikap tidak harus mengikuti Syahril, meninggalkan Saya kelepos begitu saja," tegas Syarwan terhadap Ustad Abdul Somad.(azf)






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar