Walau Turun Hujan Buatan

Titik Api Masih Berkobar di Sumatera dan Kalimantan

Di Baca : 3019 Kali
Kebakaran hutan dan lahan masih berkobar di Sumatera dan Kalimantan Kamis (19/9/2019). Di Pekanbaru di Kelurahan Simpangtiga dekat Hotel Labersa api berkobar Rabu malam (18/9/2019). ((Foto Istimewa)

Pekanbaru, Detak Indonesia--Kendati telah turun hujan buatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada Rabu kemarin (18/9/2019) di sebagian wilayah Provinsi Riau, namun titik api masih berkobar dan menyala di kawasan Sumatera dan Kalimantan Kamis dinihari (19/9/2019) dan juga di Provinsi Riau.

Badan Meteorologi Klimarologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru melansir Info Prakiraan Cuaca dan Hotspot Provinsi Riau, Kamis 19 September 2019:

Pagi hari Cerah Berawan. Berpotensi jarak pandang yang menurun diakibatkan oleh kekaburan udara akibat partikel kering seperti asap dan haze.

Siang hari Cerah Berawan. Berpotensi jarak pandang yang menurun diakibatkan oleh kekaburan udara akibat partikel kering seperti asap dan haze.

Titik panas (hotspot) di Sumatera dan Kalimantan yang dirilis BMKG Stasiun Pekanbaru Kamis pagi (19/9/2019)

Sore - Malam hari Cerah Berawan. Berpotensi jarak pandang yang menurun diakibatkan oleh kekaburan udara akibat partikel kering seperti asap dan haze. Peluang hujan dengan intensitas Ringan hingga sedang, tidak merata dan bersifat lokal, akan berlangsung di sebagian wilayah Kabupaten Rohul, Rohil, Kampar, Bengkalis, Kota Dumai dan Kota Pekanbaru.

Dini hari Cerah Berawan. Berpotensi jarak pandang yang menurun diakibatkan oleh kekaburan udara akibat partikel kering seperti asap dan haze. Peluang hujan dengan intensitas Ringan hingga sedang, tidak merata dan bersifat lokal terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kepulauan Meranti.

Kebakaran lahan di Sungai Hijau Kampar Riau Rabu (18/9/2019)

Peringatan Dini Waspada terhadap penurunan kualitas udara dan jarak pandang akibat peningkatan polusi udara yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan.

Suhu udara 22.0 – 33.0 °C. Kelembapan udara 55 – 97 persen. Angin dari arah Tenggara – Selatan/10 - 20 km/jam. Info tinggi gelombang untuk perairan di Provinsi Riau pada umumnya berkisar antara 0.5 – 1.5 meter.

Titik panas (Hotspot) update pukul 06.00 WIB Sumatera Level Confidence > 50 persen terdapat 612 titik panas tersebar di Bengkulu 1 titik, Jambi 166, Lampung 33, Sumbar 22 (meningkat dari hari ke hari), Sumsel 202, Sumut 1, Kepri 4, Babel 42, Riau 141 titik panas (Bengkalis 2 titik, Kampar 12, Kuansing 6, Pelalawan 28, Rohil 11, Rohul 3, Inhil 45, Inhu 34 titik panas)

Riau Level Confidence > 70 persen atau diyakini lahannya terbakar terdapat 94 titik api tersebar di Bengkalis 2 titik api, Kampar 9, Kuansing 4, Pelalawan 22, Rohil 6, Rohul 3, Inhu 24, Inhil 24 titik api.

Menanggapi sering terjadinya karhutla di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalimantan, Ketua Umum Lembaga Melayu Riau (LMR) H Darmawi bin Zalik Aris angkat bicara lagi.

Menurut pria yang pernah tampil di ILC TVOne saat terjadi bencana kabut asap dahsyat di Riau tahun 2015 lalu, bencana karhutla terjadi lagi di Riau dan beberapa provinsi lainnya pertanda hukum belum tegak sepenuhnya di Indonesia.

"Padahal ada masyarakat, ada RT, ada RW, ada Lurah, Ada Camat, ada Bupati, ada Wali Kota, ada Gubernur, ada polisi kehutanan, ada petugas Gakkum, ada polisi dan aparat penegak hukum lainnya kenapa perambah, pembakar hutan leluasa beroperasi," tanya H Darmawi heran.

Ada pula kata H Darmawi yang namanya lembaga tertentu yang mewadahi membawa nama kelompok tertentu tapi tak kedengaran taringnya, diam saja mereka. Ada apa. H Darmawi tahu banyak sepak terjang lembaga tersebut malah dikritiknya tapi tak berani yang dikritik melawan H Darmawi.

"Pecat sajalah aparat yang loyo yang tak menegakkan hukum. Presiden harus tegas mereformasi memberhentikan seluruh aparatnya yang sekarang terdapat karhutla di Sumatera dan Kalimantan. Cari pengganti aparat yang baru dan buat perjanjian/komitmen Fakta Integritas bahwa mereka akan menegakkan hukum dan berjanji memberantas pelaku karhutla.

Sumbar Berasap

Di Kota Bukittinggi Sumbar, dua gunung tertinggi di kota wisata ini yakni Merapi dan Singgalang sejak sepekan belakangan ini menghilang dari pandangan karena terturup kabut asap kiriman.

Jarak pandang di Kota Bukittinggi sekitar 1,5 sampai 2 km. Warganya sudah memakai masker, siswa belum diliburkan.

Sumbar beruntung punya hukum adat yang tegas. Di Desa Pasirlawas Kecamatan Palupuh Kabupaten Agam ada pemuda yang coba-coba menebang kayu di atas bukit yang lebat hutannya. Dilarang warga tak peduli, dilarang Ninik Mamak juga tak takut. Akhirnya dilaporkan ke polisi di Polsek terdekat akhirnya diringkus gempar kampung itu dan akhir-akhir ini takut warga merusak hutan. Karena di bebukitan hutan ini mengalir sumber air untuk pengairan ke sawah-sawah warga. Makanya warga sadar menjaga kelestarian hutan dan lingkungannya.(tim)






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar