DITANAMI KELAPA SAWIT DIBANGUN JALAN TOL

Nasib Merana Orang Sakai, Hutan Adat Diserobot

Di Baca : 4030 Kali
Bagindo Raja Puyan, Kepala Bathin Batuoh (kanan) anak suku Orang Rimba, Suku Sakai Bengkalis, Riau di atas lahan ukayatnya yang kini telah dibangun jalan tol Pekanbaru-Dumai dan kebun sawit PT Murini Wood Indah Industry (PT MWII). (Foto istimewa)

Datuk Puyan mengaku, berkurangnya lahan untuk tempat tinggal bagi orang pedalaman membuat sebagian anggota dari Suku Sakai meninggalkan hutan dan tinggal tidak menetap. Sebagian dari mereka juga bisa ditemui, di sepanjang jalan lintas di Bengkalis hingga ke Siak. 

Namun sayang, keputusan untuk keluar dari hutan dan berbaur dengan masyarakat lainnya rupanya juga tidak membuat hidup orang Suku Sakai tenang. Kadang kala ada pertikaian karena kesalahpahaman dengan masyarakat pendatang. Bukan tanpa sebab, pertikaian itu diyakini mereka yakini masih memiliki kepercayaan jika tanah digunakan oleh para pendatang merupakan milik nenek moyang mereka.

Sebagai contoh kasus konflik yang terjadi ialah saat Suku Sakai dengan PT Murini Wood Indah Industry (MWII). Warga pedalaman ini satu persatu mulai 'ambruk' karena merasa tak memiliki lahan untuk perladangan sebagi mencari nafkah. 

"Kejadian seperti ini memang acap kali terjadi, bukan tanpa sebab, pemahaman tanah itu milik leluhur mereka memang menjadi kepercayaan bagi orang Suku Sakai," kata Ganda Mora dari Barisan Relawan Jokowi Presiden (BARA-JP).

Ini semua memang bermuara pada perusahaan MWII. Jauh sebelum orang Suku Sakai mulai resah dengan tempat tinggalnya, mereka hidup harmoni di dalam hutan adat. Namun kini, nasib mereka terlunta-lunta di atas tanah dipercaya milik nenek moyang nya. Bermula sejak 15 tahun lalu ketika MWII membuka lahan. Tahun itu juga menjadi titik awal penebangan hutan adat besar-besaran.






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar