AKIBAT DEFORESTASI

Populasi Harimau Sumatera di TNTN Menyusut

Di Baca : 11494 Kali

[{"body":"

Pekanbaru,  Detak Indonesia<\/strong>--Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Pelalawan, Riau Supartono SHut MP, Kamis (7\/12\/2017) membenarkan populasi harimau Sumatera yang ada di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Kabupaten Pelalawan,  Riau kini menuyusut jumlahnya. Hal ini banyak penyebabnya antara lain karena terjadi deforestasi di sekitar kawasan tersebut.
\r\n
\r\n"TNTN sebelumnya dikenal adalah rumah bagi harimau Sumatera, tapi sekarang jumlahnya menyusut drastis dari jumlah seluruh harimau yang ada di Riau yang masih tersisa di alam liar. Dalam empat tahun terakhir populasi harimau di TNTN memprihatinkan," kata Supartono yang mengaku sedang berada di luar Provinsi Riau saat dikontak ponselnya.
\r\n
\r\nNamun sebelumnya disebutkan Supartono dalam bincang-bincangnya di Cafetoo Pekanbaru kepada DetakIndonesia.co.id<\/a><\/em> dan Kabarriau.com <\/em>menerangkan, harimau adalah simbol kelestarian ekosistem.
\r\n
\r\nKeberadaan harimau sumatera hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitatnya terjaga.
\r\n
\r\n"Harimau memiliki daya jelajah yang sangat luas hingga 300 km2," jelasnya.
\r\n
\r\nDia turut prihatin menyinggung populasi satwa liar yang satu ini.  Fakta di lapangan, kata Supartono, tak menunjukkan kebanggaan. Menurutnya, jumlah harimau sumatera dewasa di alam TNTN berkisar hanya tersisa tinggal dua atau tiga ekor saja.
\r\n
\r\nMenurutnya lagi, keberadaan harimau mampu menyeimbangkan jumlah populasi herbivora dan omnivora yang menjadi mangsanya. Ditanya, langkah apa akan dilakukan, Supartono menjawab justru langkah pemerintah dengan memiliki Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) belum mampu menyelamatkan harimau sumatera dari ancaman kepunahan.
\r\n
\r\nPersoalan yang masih menghantui bahwa, nasib harimau sumatera masih terancam adanya perburuan dan perdagangan ilegal, serta konflik antara manusia-harimau sebagai akibat berkurangnya habitat dan jumlah satwa mangsa (diburu), lantas Supartono hanya menganguk-angguk mendengar perkembangan informasi itu.
\r\n
\r\nDia menyadari peningkatan jumlah populasi harimau adalah keberhasilan besar sebagai buah dari usaha konservasi terus menerus dilakukan. Supartono mengaku kalau saat ini TNTN  menghadapi krisis menurunnya jumlah kucing besar ini ketika jumlah harimau menyusut drastis.
\r\n
\r\n"Sebuah penurunan sangat tajam karena pada awal-awalnya TNTN boleh dibilang masih bagus yang menjadikan sebagai tempat hunian alam liar di Pelalawan," ujarnya.
\r\n
\r\nPerburuan ilegal, hilangnya tutupan hutan dan booming pasar dalam negeri dan internasional untuk perdagangan organ tubuh harimau selundupan telah memberikan tekanan terhadap penurunan tajam populasi harimau di Riau. Menyikapi ini Supartono menambahkan harimau biasanya dapat ditemukan di alam liar, dan pemerintah sampai saat ini masih cukup baik dalam hal perlindungan satwa walaupun saat ini justru jumlahnya memang diakui terus menurun tersebut.
\r\n
\r\n"Mungkin masalah ini ketidak berhasilan meningkatkan populasi harimau ini dipercaya sebagai buah dari manajemen yang kurang baik dan perlindungan hutan alam yang perawan untuk harimau dan kawasan hutan lindung lainnya yang terus terusik. Lazimnya jika ada hutan besar yang masih perawan biasanya ada populasi harimau dan gajah hidup di situ karena sumber makanan harimau seperti babi hutan,  kijang,  rusa,  dan lain-lain cukup berlimpah di situ.  Tapi jika hutan di atas sudah dieksploitasi,  diokupasi,  dikonversi dan lain sebagainya maka populasi harimau atau gajah akan berkurang," diakuinya.
\r\n
\r\nHarimau Marak Keluar Hutan
\r\n
\r\nPuluhan hektare hutan habitat harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) terus dibabat habis bahkan tidak sedikit terbakar di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan,  Riau. Tekanan kepada “rumah” satwa liar yang dilindungi menyebabkan sejumlah harimau muncul di perkampungan warga.
\r\n
\r\n"Kita sudah melakukan sosialisasi penyelamatan Tesso Nilo di hadapan masyarakat Desa Lubuk Kembang Bungo, Pelalawan Riau belum lama ini," kata Supartono.
\r\n
\r\nSosialisasi untuk membangkitkan kembali budaya masyarakat Melayu di dekat Taman Nasional Tesso Nilo.
\r\n
\r\n"Kita juga sudah melakukan gelar acara puncak Festival Budaya Tesso Nilo 2017 di bulan Agustus 2017 lalu dengan tema penyelamatan budaya, selamatkan alam.
\r\n
\r\nMeskipun secara tidak langsung Supartono ingin menyampaikan, kalau sebagaian wilayah lahan TNTN yang berubah menjadi semak belukar dan sebagian ditanami bibit sawit. Menurut Supartono lagi langkah pemerintah pada tahun 2017 ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan TNTN sebagai salah satu proyek revitalisasi fungsi kawasan dan penegakan hukum. "Ini langkah penting yang sedang dilakukan," ucapnya.
\r\n
\r\nMungutip seperti disebutkan Febri Widodo, aktivis riset dan monitoring harimau dan gajah untuk WWF Central Sumatera kepada wartawan mengatakan, banyaknya kejadian harimau muncul ke pemukiman warga karena aktivitas di hutan meningkat.<\/p>\r\n\r\n

"Kegiatan itu bisa berupa pembalakan liar, kebakaran hutan dan lain-lain," ujarnya.(azf)<\/strong><\/p>\r\n","photo":"\/images\/news\/fuxcuqkhpu\/7-harimauok.jpg","caption":""}]






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar