WARGA TETAP MISKIN DAN TERTINGGAL

PT Energi Mega Persada Abaikan Lingkungan

Di Baca : 13084 Kali
Foto Ist

“Masyarakat di Desa Bagan Melibur di Pulau Padang yang merupakan daerah ring 1 dari kegiatan usaha Migas Bakrie Grup terdapat kantong kemiskinan di Meranti. Ini merupakan representative kecil dari angka kemiskinan di Meranti sebesar 29,8 persen (data BPS). Kita sayangkan kondisi ini kontras dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah di Meranti, seperti minyak, gas, timah, hutan, mangrove dan sagu,” jelasnya.

Ismadi melihat, selain soal soal kesejahteraan masyarakat, kegiatan eksploitasi Migas EMP Malacca Strait S.A juga berpengaruh sangat signifikan terhadap degradasi dan deforestasi landsekap gambut (peatland) yang ada di Pulau Padang.

Ya, dari hasil riset kita bersama akademisi Universitas di Riau tahun 2016, terjadi penurunan permukaan tanah gambut berkisar antara 10 – 12 sentimeter/tahun akibat dari aktivitas eksplotasi Migas di Pulau Padang, terutama akibat adanya pengeboran bawah permukaan gambut dan pembangunan drainase saluran air yang lebar dan alirannya langsung ke laut dan sungai.

Fakta ini, ungkap Ismadi tentunya sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat di daerah yang mengalami penurunan permukaan tanah (subsiden), 'misalnya saja dengan kondisi yang kering maka akan memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang juga berpengaruh terhadap lahan pertanian dan perkebunan masyarakat, jika tidak ada treatment khusus akan mengancam eksistensi pulau dengan resiko tenggelam,” kata Isnadi.

“Kita berharap ada manajemen yang lebih baik yang mengutamanakn kesejateraan masyarakat untuk mengelola Migas di Pulau Padang. Pemerintah baik daerah maupun pusat harus mampu memaksimalkan sumber daya alam yang ada ini untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak perlu ada perusahaan yang mengelola hanya untuk kepentingan dan kekayaan sepihak,” pungkas Iman yang juga diamini Ismadi.(*/di)






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar