Laporan Asian Development Bank

2019, Perekonomian Indonesia Hanya Tumbuh 5,2 Persen

Di Baca : 1289 Kali

Jakarta, Detak Indonesia--Asian Development Outlook (ADO) April 2019 melakukan publikasi ekonomi tahunan ADB, memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2 persen tahun 2019 ini dan 5,3 persen pada 2020.

Dalam laporannya, ADB merevisi pertumbuhan tahun 2019 ini dengan penurunan dari sebelumnya diperkirakan 5,3 persen menjadi 5,2 persen. Di dekade sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup membaik berkisar 7 persen.

Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengungkapkan pertumbuhan ini didukung oleh manajemen makroekonomi yang solid dan permintaan domestik yang kuat.

"Momentum pertumbuhan Indonesia diharapkan akan berlanjut secara sehat,” ujar Winfried dalam siaran pers ADB, Rabu (3/04/2019). 

Untuk itu, ADB melihat Indonesia perlu mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, diperlukan fokus yang berkesinambungan pada peningkatan daya saing, pengembangan sumber daya manusia, dan penguatan ketangguhan.

ADO merilis Rabu (3/4/2019) mengulas investasi domestik yang kuat dan konsumsi domestik yang baik mampu mengimbangi penurunan di dalam kinerja ekspor yang terjadi sejak tahun 2018. 

Dengan begitu, ADB yakin perekonomian Indonesia hanya bisa tumbuh 5,2 persen pada 2019. 

Menurut Winfried, investasi yang kuat didorong terutama oleh proyek infrastruktur publik di bidang transportasi dan energi. Pertumbuhan sektor industri terakselerasi seiring meningkatnya keluaran (output) dari pertambangan, dan ekspor seperti pakaian jadi dan alas kaki juga cukup menguat.

Pertumbuhan pada awal 2019 ini dan tahun 2020 depan kemungkinan akan terjadi di berbagai sektor, antara lain proyek infrastruktur publik utama, baik yang sudah selesai maupun dalam tahap penyelesaian, memberikan pondasi yang kuat bagi peningkatan investasi swasta. 

Di sisi lain, ADB melihat adanya perbaikan terhadap iklim investasi seperti perampingan administrasi pajak dan penyederhanaan perizinan usaha diyakini akan makin mendukung sentimen positif investor.

Kemudian, permintaan domestik diyakini bakal tetap kuat dalam jangka pendek karena meningkatnya lapangan kerja di sektor formal dan diperluasnya program bantuan sosial pemerintah. 

"Inflasi mungkin akan tetap rendah dan stabil sebesar 3,2 persen tahun 2019 ini dan 3,3 persen pada 2020, sehingga membantu menjaga momentum pertumbuhan belanja swasta," tambahnya.

Kuatnya permintaan domestik mendorong impor barang tahun 2018 lalu, sedangkan pertumbuhan ekspor barang  melambat. Peningkatan ekspor jasa bersih dari kenaikan pendapatan pariwisata dan remitansi mampu sebagian mengimbangi turunnya neraca perdagangan, sehingga menjadikan defisit transaksi berjalan sebesar 3,0 persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun 2018 lalu. 

ADB memperkirakan defisit transaksi berjalan diperkirakan akan membaik ke 2,7 persen dari PDB tahun 2019 ini dan tahun depan 2020, karena pertumbuhan barang impor maupun barang ekspor mengalami perlambatan, sedangkan pemasukan dari pendapatan pariwisata diperkirakan akan terus berlanjut.

ADB melaporkan, melihat risiko terhadap proyeksi ekonomi Indonesia umumnya disebabkan faktor eksternal termasuk meningkatnya ketegangan perdagangan global dan volatilitas pasar keuangan internasional, serta kemungkinan terjadinya kekeringan akibat El Nino.(*/di)






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar