BUDIDAYA DI PESISIR RIAU

Menjadikan Perikanan sebagai Tulang Punggung Perekonomian Riau

Di Baca : 1384 Kali
Ilustrasi

2. Dahulu kala Bagansiapi-api dikenal sebagai penghasil ikan terbesar di dunia. Ikan Terubuk banyak kita jumpai di Kabupaten Bengkalis. Namun itu semua hanya tinggal sejarah. Bila kita bepergian dengan kapal laut ke Kabupaten Siak, Meranti, Inhil, Rohil hampir sebagian besar wilayah pesisir  kita melihat hamparan yang kosong, hanya ditumbuhi oleh pepohonan dan semak belukar, berbeda dengan daerah Jawa hampir dipenuhi oleh tambak.

Masyarakat pesisir Riau tidak lagi dapat menggunakan lahan sebagai pertanian dan perkebunan karena sebagian sudah terintrusi air laut, pohon kelapa/sawit mati akibat intrusi yang pada akhirnya tidak bisa bercocok tanam. Pada sektor pertanian dan perkebunan masalah ini menjadi kelemahan (weaknesses) bahkan menjadi ancaman (threats), namun di sektor kelautan dan perikanan hal ini menjadi peluang (opportunities) dan kekuatan (strengths). 2-3 tahun yang lalu ketika saya Kepala Bidang di Perikanan saya bersama Prof Ir Irwan Efendi MSc, studi banding ke Bantul dan Banyuwangi melihat aktifitas pesisir yang mereka gunakan untuk berbudidaya udang vaname (udang putih/kelong), dengan ukuran tambak 40x60 meter mereka bisa panen 25 ton (Rp1,25 milyar) per sekali panen (3 bulan), jika kita bandingkan dengan sawit di Riau per 2 ha hanya menghasilkan 5 juta/bulan, tambak 1/4 ha dapat menghasilkan 1,25 M/3 bulan dengan asumsi harga udang/kg Rp50.000. Jika ini kita jalankan rasanya petani-petani kita akan berdasi seperti di Banyuwangi dan Bantul. 






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar