sejarah Ulu Pulau, mulanya dibuka tiga orang suku asli 

Keindahan Alam di Balik Misteri Ulu Pulau Bengkalis

Di Baca : 2052 Kali
Bunda Yana Susilayeni, Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca Dipersip Kabupaten Bengkalis dan Imam, Tokoh masyarakat Desa Ulu Pulau, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Indonesia, Kamis (30/12/2021). (

Di awal bulan Desember 2021, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tuan Guru Haji Ahmad Kabupaten Bengkalis yang berada di Provinsi Riau, merupakan salah satu Perpustakaan Kabupaten, dari Empat Puluh (40) Perpustakaan Kabupaten di Indonesia, yang mendapatkan piagam penghargaan sebagai "Dinas Perpustakaan Kabupaten/Kota Terbaik" oleh Perpustakaan Nasional RI, dalam Mengimplementasi Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).

Saat mengarungi perairan di Desa Ulu Pulau yang dipenuhi hutan mangrove, Kepala Desa Ulu Pulau, Hariyanto yang diwakilkan oleh Sekretaris Desa Ulu Pulau, Ahmad Sugiyanto didampingi bapak Imam (seorang tokoh masyarakat) dan bapak Ujang (juru kunci) beserta beberapa orang staf Desa Ulu Pulau maupun masyarakat, turut mendukung dalam pelaksanaan program Bengkalis Membaca dari Dipersip Bengkalis ini di desa mereka.

Bapak Imam (70 tahun), seorang tokoh masyarakat/narasumber yang menjelaskan sejarah singkat, awal dibukanya Desa Ulu Pulau Bengkalis, mengatakan, "Jadi sejarah Ulu Pulau ini, mulanya dibuka oleh tiga orang suku asli yang bernama Simpul, Tingkul dan Bugis, jadi mereka itu menjumpai sebuah pulau kecil, yang masuknya dari sungai Bantan Tengah, jadi disitulah mereka mencari lahan untuk berkebun dan tempat tinggal. Sampai sekarang sudah mencapai tiga generasi, dimulai dari mbahnya Simpul tadi anaknya ada, sekarang cucunya sudah ada," ujar Imam.

Sedangkan untuk perkampungannya dibuka pertama kali oleh bapak Suhut, dikarenakan bapak Suhut kebingungan dan misteri dulu, payah untuk masuk ke lokasinya, yang disebut sekarang pingit ngitu. Jadi bapak Suhut mencari narasumber, yang terdiri dari Orang Asli, orang Agama (Kiyai) dan Dukun. Dimana tiga orang ini, saling membuka lahan perkampungan Ulu Pulau ini. Jadi kalau orang Mbah Kiyainya itu menggunakan media dari air putih, kalau Dukunnya pakai pulut kunyit, telor dan rokok sedangkan Orang Aslinya pakai tuak, ungkap Imam.






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar