Mengenang 20 Tahun Gempa Tsunami Aceh 26 Desember 2004

Di Posko Idirayeuk Aceh Timur di kegelapan senja ini kening saya membentur laras meriam Tank Baja milik TNI. Rupanya kawasan ini menjadi camp TNI karena saat itu GAM masih ada. Seorang personel TNI dengan memegang senjata api Laras panjang menceritakan ke Saya bahwa di Langsa siang tadi saat 10 truk bantuan mengisi BBM di SPBU, terjadi baku tembak antara personel TNI dan GAM di kaki bukit yang mau turun ke SPBU tersebut.
Memang kami lihat di sepanjang perjalanan di pinggir jalan dari Kota Langsa sampai ke Banda Aceh, terdapat tenda-tenda posko TNI dan Brimob di tanah di sebelah jalan lintas Sumatera tersebut. Bahkan Saya melihat personel TNI naik kendaraan panser hilir mudik dengan rantai peluru penuh menyilang di dadanya dan memakai topi baja anti peluru. Kamipun ngeri-ngeri sedap. Rupanya keberangkatan 10 truk bantuan kemanusiaan dari sumbangan masyarakat Riau ini sudah dikoordinasikan oleh aparat keamanan dari Riau-Medan-Aceh sehingga kami dikawal penuh.
Tanggal 31 Desember 2004 tengah malam itu kami kelaparan belum makan karena belum sempat beli nasi bungkus di kawasan Seulawah yang aman dari tsunami, kami nyelonong langsung masuk kota Banda Aceh yang porakporanda. Sempat juga di antara rombongan perang mulut agar beli nasi dulu sebelum ke lokasi pertempuran bencana. Tapi diabaikan. Untung saja ada posko di ketinggian daratan Kota Banda Aceh yang masih buka. Kami ke posko ini dan dapat makan nasi campur mie rebus. Syukurlah.
Tahun baru 1 Januari 2005 pada pagi hari kami memasuki Kota Banda Aceh
Ngeri kayak 'kiamat' pemandangan di Masjid Baitur Rahman tak bisa dilewati. Sejumlah lumpur, mayat, kayu, dan sebagainya bergelimpangan di jalan. Di dalam parit juga nampak mayat dengan gigi dan tengkorak kepala menyeringai. Di jalan nampak jenazah wanita muda menguning dan mulai membusuk.
Kami tak mengira lumpur yang kami pijak kami anggap biasa-biasa saja, masuklah kami ke dalam mobil rombongan kami (Avanza) yang berisi enam orang rombongan. Setelah kering di dalam mobil bau bangkai, rupanya lumpur yang mengering di telapak sepatu kami bau bangkai. Kamipun cari kanal air yang mengalir jernih dan mencuci telapak sepatu kami agar hilang bau bangkainya. Kami ada yang ganti pakai sendal, sepatu yang sudah dibersihkan tadi disimpan dalam plastik asoi.


Tulis Komentar