MUSLIM UIGHUR DILARANG SIMPAN ALQURAN

Sayed Abubakar Assegaf Desak Indonesia Bela Muslim Uighur

Di Baca : 5748 Kali
Satu juta muslim Uighur di Xinjiang China diperlakukan buruk oleh Pemerintah Komunis China, yakni dilarang menyimpan Alquran. Warga juga diperlakukan seperti binatang, disiksa di kamp kamp Interniran. (Foto ist)

Jakarta, Detak Indonesia--Sayed Abubakar Assegaf, Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Riau I, mendesak pemerintah dan menyerukan kepada masyarakat Indonesia membela muslim Uighur di Xinjiang, China. Pasalnya, kekejaman pemerintah China terhadap muslim Uighur diluar batas kemanusiaan dan melukai muslim dunia. 

"Indonesia harus ikut menghentikan tindakan Pemerintah China yang memaksa Muslim Uighur untuk meninggalkan keyakinan agamanya dan beralih memeluk Atheisme, yang diwarnai tindak kekerasan. Kekejaman terhadap muslim Uighur oleh China melawan nalar kemanusiaan," ujar Sayed Abubakar Assegaf, Jumat (21/12/2018). 

Sebagai negara dengan umat muslim terbesar di dunia, Indonesia harus berperan aktif menghentikan tindakan pemerintah China tersebut. Dia mengingatkan bahwa kekerasan terhadap keyakinan seseorang jelas tidak seusai dengan azas kemanusiaan, sebagaimana tercantum dalam konstitusi dan yang diperjuangkan bangsa Indonesia. 

Menurut Sayed Abubakar Assegaf, pemerintah Indonesia harus mengambil jalur diplomasi dan menggalang solidaritas dunia untuk menghentikan perlakuan pemerintah China terhadap muslim Uighur. Langkah diplomatik ini bisa dilakukan baik melalui jalur di PBB maupun menggerakan komunitas negara Islam seperti OKI dsbnya. 

Sayed Abubakar Assegaf yang juga asli putra Melayu, Riau ini mengaku amat prihatin dengan penderitaan muslim Uighur. Dia mengajak dan menyerukan kaum muslimin di bumi Lancang Kuning juga ikut membela dan mendoakan penderitaan muslim Uighur segera berhenti. 

Muslim Uighur di Xinjiang China dianggap ekstrimis dan separatis ditahan tanpa prosedur hukum

"Saya mengajak umat Islam, para jamaah pengajian maupun majelis Taklim di Pekanbaru khususnya dan Riau umumnya untuk ikut mendoakan kekerasan terhadap muslim Uighur segera berakhir. Sebagai umat muslim kita juga merasakan sakit dengan kekerasan yang dialami saudara muslim kita di Uighur, Xinjiang, China," ujar Sayed Abubakar Assegaf. 

Seperti diketahui, ribuan Muslim Uighur kini dimasukkan kamp-kamp konsentrasi untuk diindoktrinasi faham athesime sesuai ajaran Komunis yang secara resmi dianut oleh negara itu. Pemerintah China berdalih, kamp konsentrasi itu adalah tempat untuk melakukan “pendidikan” kepada warganegaranya yang menganut faham ekstrimisme dan separatisme. Umat Islam di Xinjiang dan suku Han yang beragama Islam, selama ini dianggap Pemerintah China sebagai kelompok ekstrimis.

Perlakuan Pemerintah China terhadap umat Islam, sangat melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia. Jerman, Turki, Amerika dan negara-negara lainnya telah menyatakan kekecewaannya. Mereka juga mendesak pemerintah China segera menghentikan kekerasan terhadap muslim Uighur.

Di Pekanbaru, Riau siang hari ini Jumat (21/12/2018) pukul 13.30 massa demonstran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) akan turun ke jalan memprotes Pemerintah China yang memperlakukan buruk muslim Uighur.

PBB Khawatir Kamp Interniran Massal Muslim Uighur China

Sementara itu Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan khawatir atas penahanan massal kelompok Muslim Uighur di China. Pernyataan itu dikeluarkan setelah sebuah komisi PBB mendengar beberapa laporan yang menyebut bahwa lebih kurang satu juta muslim Uighur di daerah Xinjiang ditahan dalam kamp pendidikan. Badan dunia itu menuntut pembebasan mereka yang ditahan.

Muslim Uighur diperlakukan seperti binatang oleh polisi komunis China

Pernyataan langsung dibantah oleh pemerintah China. Beijing menyatakan mereka ditahan dengan “alasan” terorisme. Namun mereka mengakui beberapa ekstrimis ditahan untuk “dididik” kembali. Pemerintah China juga mengatakan laporan tersebut tidak memiliki basis faktual.

“Komentar-komentar ini didasarkan pada apa yang disebut informasi yang belum diverifikasi dan tidak memiliki basis faktual,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying pada konferensi persnya. Hua menambahkan bahwa Tiongkok bertindak seperlunya untuk memerangi ekstremisme dan terorisme di perbatasan barat negara itu.

“Rasa aman dan pemenuhan orang-orang di Xinjiang telah sangat ditingkatkan,” katanya. Pihak berwenang di China telah lama membantah keberadaan kamp interniran meskipun ada banyak bukti dari dokumen resmi dan kesaksian dari mereka yang telah ditahan di dalamnya.

Pihak AFP melansir bahwa hingga satu juta warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp interniran di wilayah Xinjiang barat jauh Tiongkok. Menurut perkiraan yang dikutip oleh Komite PBB tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial hal tersebut sangat dikhawatirkan.

“Tidak ada data resmi tentang berapa banyak orang yang berada dalam tahanan jangka panjang atau yang telah dipaksa untuk menghabiskan berbagai periode dalam ‘kamp pendidikan ulang,” kata laporan komite itu.

Kelompok hak asasi manusia termasuk Amnesti International dan Human Rights Watch memberikan laporan kepada komite PBB yang mencatat tuduhan penahanan massal pada kamp di mana para tahanan dipaksa melakukan sumpah setia kepada Presiden China, Xi Jinping. World Uyghur Congress menyatakan dalam laporannya bahwa para tahanan dibui tanpa dakwaan dan dipaksa meneriakkan slogan Partai Komunis, demikian ditulis laman BBCIndonesia.

Mereka juga dilaporkan tidak diberikan makanan yang cukup dan muncul laporan penyiksaan yang meluas. Kebanyakan tahanan tidak pernah didakwa melakukan kejahatan dan tidak pernah menerima bantuan hukum. China telah meningkatkan tindakan keras di Xinjiang terhadap apa yang disebut ekstremisme dan elemen separatis di wilayah yang kebanyakan warganya memeluk Islam di wilayah itu. Di wilayah yang berbatasan dengan Pakistan dan Afghanistan, umat Islam menghadapi peraturan ketat di antaranya dilarang berjanggut dan berkerudung.

Masyarakat Uighur adalah minoritas Muslim yang sebagian besar berada di daerah Xinjiang, China barat. Sekitar 45 persen penduduk di tempat itu adalah Uighur. Xinjiang resminya diperlukan sebagai daerah otonomi di dalam China, sama seperti Tibet di selatan. Sejumlah laporan menyebutkan banyak orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya yang ditahan di Xinjiang dalam beberapa bulan terakhir.(*/di)






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar