2025, Bank BTN memiliki pelayanan kelas dunia

Transformasi BTN Sebagai Bank Tabungan di Era Digital

Di Baca : 5756 Kali
Gedung Postspaarbank di Weltevreden (kini Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat) pada tahun 1925 - 1930, (sumber foto: Wikimedia). 

Mengingat kemajuan teknologi yang cepat dan kebutuhan untuk menanggapi permintaan pelanggan yang dinamis, bank membutuhkan sistem yang gesit. Perbankan modular cocok bagi bank yang ingin menjadi gesit. Gaya Lego adalah salah satu pendekatan untuk menjadi gesit. Alih-alih memiliki satu aplikasi monolitik atau lapisan terpisah, operasi Lego-style memungkinkan bank dengan mudah menginstal dan menghapus aplikasi berdasarkan kebutuhan mereka. Sisi produksi lincah ini harus disertai dengan distribusi lincah dengan karakteristik pelanggan pertama, fast twitch, test–learn-tweak, right channeling dan revenue readiness.

Open banking adalah pendekatan terbaru yang diadopsi oleh sektor perbankan. Uni Eropa telah mendorong maju dengan mewajibkan bank-bank Uni Eropa menerapkan Petunjuk Layanan Pembayaran (PSD2) yang direvisi, di mana monopoli bank terkait dengan informasi akun pelanggan mereka dan layanan pembayaran akan segera menghilang. Bank dipaksa untuk memberikan akses penyedia pihak ketiga ke akun pelanggan mereka melalui antarmuka program aplikasi terbuka (API). Ini mengubah perbankan menjadi platform untuk semua transaksi keuangan pelanggan–Perbankan sebagai Platform (BaaP).

Saat ini, sebagian besar bank mempertahankan sistem tertutup dengan kepemilikan aset, pekerjaan lokal, produksi massal, proprietary value dan scarcity control. Sementara itu, sistem perbankan terbuka memiliki fitur akses yang terhubung, jaringan terdistribusi, produksi unit, shared value dan abundance management. Perubahan dari perbankan tertutup menjadi perbankan terbuka akan meningkatkan daya saing bank, terutama dengan munculnya perusahaan fintech.

Perbankan digital adalah bentuk perbankan pintar yang memanfaatkan big data. Yaitu bank yang sebenarnya duduk di atas “minyak” baru, yang merupakan big data tentang informasi demografis dan keuangan, gaya hidup dan kegiatan sosial pelanggan mereka. Menggunakan kekayaan data ini, bank dapat menyediakan produk dan layanan yang dipersonalisasi melalui saluran yang dipilih atau diinginkan. Pengalaman ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan loyalitas mereka kepada bank.

Bank digital juga merupakan bank kognitif yang menggunakan kecerdasan buatan. Sebuah studi oleh Baker McKenzie menemukan bahwa 49 persen bank akan menggunakan AI untuk manajemen risiko, 45 persen untuk analisis dan penelitian keuangan, 37 persen untuk investasi dan manajemen portofolio, dan hanya 17 persen bank belum memperkenalkan AI ke bisnis mereka. Penggunaan teknologi ini dapat menciptakan aliran pendapatan baru, mengoptimalkan proses dan biaya bisnis, dan meningkatkan pengalaman pelanggan.






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar