2020

Gubri Andi Rachman Optimis Riau Jadi Pusat Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara

Di Baca : 3743 Kali
Gubri Arsyadjuliandi Rachman memukul gong bergabung dengan Tim Gondang Ogung Kampar, saat Pencanangan Muatan Lokal Budaya Melayu Riau, Senin (25/6/2018).

Dijelaskan, dari 16 karya budaya Riau yang termasuk kategori WBTB, sebanyak 10 di antaranya sudah diakui sebagai WBTB, dan enam lainnya telah mengantongi sertifikat. Ke-10 warisan budaya yang termasuk kategori WBTB tersebut, meliputi Tunjuk Ajar Melayu, Sijobang Buwong Gasiang, Zapin Api, Zapin Meskom, Manongkah, Perahu Baganduang, Batobo, Rumah Lontiok, Silat Perisai, dan Onduo Rokan.

Sementara untuk karya budaya Provinsi Riau yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya benda (WBB), meliputi Balai Kerapatan Tinggi, Makam Sultan Syarif Kasim II, Masjid Raya Syahbuddin, Tangsi Belanda, Gedung Controlleur, Bangunan Landraad, dan Makam Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah. ''Ke semuanya berlokasi di Kabupaten Siak,'' jelas Andi Rachman.

Saat ini, Pemprov Riau melalui Dinas Kebudayaan Riau tengah mengupayakan pantun didaftarkan di Unesco --badan PBB yang mengurusi pendidikan--untuk menjadi warisan budaya dunia, seperti tahun sebelumnya atas nama Perahu Phinisi.

Pengakuan lain yang diterima Riau di bidang kebudayaan, imbuh Gubri, yaitu sebagai pusat pelestarian dan pengembangan tari zapin. ''Karena sudah ditetapkan sebagai pusat pelestarian dan pengembangan tari zapin, tugas kita adalah untuk menjaga, memelihara, dan merawat jenis kebudayaan yang satu ini sehingga tetap tumbuh dan berkembang,'' ia mengatakan.

Tak cuma tari zapin, ungkap Andii Rachman, jenis-jenis kebudayaan lain yang berasal, tumbuh, dan berkembang di Riau juga menuntut untuk upaya melestarikan dan mengembangkan agar tetap eksis. ''Agar tidak terjadi apa yang disebut dengan bencana budaya,'' katanya.

Bencana budaya, papar Gubri Andi Rachman, yaitu hilangnya sejumlah tradisi yang berasal dari satu akar budaya tertentu karena tidak ada upaya-upaya untuk melestarikannya, yang kemudian digantikan oleh tradisi yang berasal dari akar budaya lain, yang pada beberapa kasus bisa saja bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang dianut secara teguh oleh masyarakat.






[Ikuti Terus Detakindonesia.co.id Melalui Sosial Media]






Berita Lainnya...

Tulis Komentar